Foto:Google.com
BAGAIMANA menimbulkan rasa Kusyu’: Anggaplah
anda berdiri dihadapan Allah yang Maha Perkasa. Raja langit dan bumi yang
mengetahui segala rahasia. Maka dengannyalah kita sedang bermunajat. Memahami
makna dari setiap bacaan yang keluar dari lisan kita hingga langsung menyerap
ke hati yang paling dalam.
Sebagaimana Firmannya dalam QS. Muhammad ayat
24 yang artinya: “Maka apakah mereka tidak memahamkan Al-qur’an ataukan
hati-hati mereka yang terkeunci?”
Memahami setiap makna, kandungan dan maksud dari zikir yang dibaca. Bahwasannya
segala yang membimbangkan kamu dari memahami makna qira’at dipandang sebagai
was-was
Memanjangkan rukuk dan sujud, Muhammad Al Bakry
berkata: “Bahwasannya
diantara pekerjaan yang menghasilkan kusyu’ ialah memanjangkan rukuk dan
sujud.” Jangan mempermainkan anggota tubuh, seperti membayangakan gerakan
tangan, menggaruk kepala dan janganlah berpaling-paling.
Pandangi tempat sujud, walau bermata buta atau
shalat disisi ka’bah. Menjauhkan diri dari segala yang membimbangkan hati.
Lantaran dari itu, janganlah shalat di atas sajadah yang bergambar dan
berukir-ukir. Janganlah shalat dengan menahan air besar dan air kecil. Menghadirkan
hati dan rasa takut kepada Allah SWT, bulatkan tekad dan keinginan untuk
shalat. Penuhkan dada kita dengan rasa takut kepada Allah SWT ingat benar-benar
bahwa shalat itu jalan ke akhirat, negeri kekal.
Kata Al Ustadz Al Imam Muhammad Abduh:
“Sangatlah ganjil kiranya pengakuan sebagian orang yang mengatakan sukar sekali
menghadirkan hati dalam setiap shalat, dan sukar sekali menumbuhkan rasa takut
kepada Allah didalam hati. Lantaran penuh rasa khawatir. Sebenarnya kesukaran
yang mereka keluhkan itu, adalah penyebab dari kelalaian mereka. Kepada mereka
saya tunjukkan suatu thariqat (upaya) yang jika mereka pakai, kusyu’lah
shalatnya.”
Hendaklah ketika mereka menyubut suatu lafal,
berupaya mengingat maknanya. Hendaklah upaya itu terus dilakukan sepanjang
shalat. Apabila seseorang telah memahami makna dari lafal-lafal yang diucapkan.
Artinya ia telah mendirikan shalat. Sebaliknya, jika tidak memperhatikan dengan
pemahamannya, tiadalah terima pengakuan shalatnya.(Farwida Nazar/Eva)
Sumber: Ash
Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Pedoman Shalat Edisi Lengkap.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra