Simeulue, 27/04/2025 — Petani di Kabupaten Simeulue, Aceh, tengah menghadapi masa sulit akibat penurunan harga pinang kering yang cukup drastis. Setelah sempat menikmati harga jual hingga Rp13.000 per kilogram, kini petani harus menerima kenyataan pahit dengan harga anjlok menjadi Rp8.000 per kilogram di tingkat petani.
Penurunan harga ini terjadi hanya dalam hitungan beberapa hari terakhir, tepat di tengah masa panen raya. Kondisi ini memukul pendapatan petani yang sudah mengandalkan hasil penjualan pinang sebagai salah satu sumber utama penghidupan.
“Beberapa minggu lalu kami sempat bahagia karena harga cukup tinggi, bahkan mencapai Rp13.000 per kilo. Tapi sekarang turun drastis. Dengan harga Rp8.000, kami jelas rugi, apalagi biaya produksi tetap tinggi,” keluh Khairi, seorang petani pinang asal Kecamatan Teupah Selatan, saat ditemui di kebunnya.
Menurut sejumlah pedagang pengumpul di Simeulue, merosotnya harga pinang disebabkan oleh melimpahnya stok di pasaran seiring dengan musim panen raya. Di sisi lain, permintaan dari pasar luar daerah, seperti Medan dan Pekanbaru, belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Situasi ini bukan hanya meresahkan petani, tetapi juga mempengaruhi roda perekonomian lokal yang selama ini sangat bergantung pada sektor pertanian, khususnya komoditas pinang.
Menanggapi keresahan tersebut, Pemerintah Kabupaten Simeulue melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan memberikan imbauan kepada petani agar tetap menjaga kualitas pinang kering.
Pemerintah juga sedang berupaya untuk menjajaki kerja sama dengan sejumlah perusahaan eksportir agar pemasaran pinang Simeulue bisa lebih luas dan stabil. Beberapa langkah yang direncanakan di antaranya adalah pembentukan koperasi petani pinang dan pelatihan peningkatan mutu hasil panen.
Di tengah kondisi sulit ini, para petani berharap adanya langkah konkret dari pemerintah, tidak hanya sekadar imbauan. Mereka menginginkan dukungan nyata seperti pembukaan akses pasar baru, bantuan modal untuk penyimpanan hasil panen, serta kebijakan stabilisasi harga.
Sebagian petani juga mulai mempertimbangkan untuk menunda penjualan hasil panen mereka sembari menunggu harga membaik. Namun opsi ini bukan tanpa risiko, mengingat pinang kering tetap membutuhkan perawatan agar kualitasnya tidak turun selama masa penyimpanan.
Meski dilanda kekecewaan, para petani di Simeulue tetap berharap harga pinang akan kembali membaik dalam beberapa bulan ke depan, seiring dengan berkurangnya volume pasokan di pasar dan membaiknya permintaan dari luar daerah. [Dinda sholehah]