![]() |
Benteng Indra Patra, Peningalan Kerajaan Aceh (Shutterstock/Umarphoto ) |
Banda Aceh - Benteng Indra Patra (bahasa Aceh: Kuta Indra Patra, aksara Jawoë: كوتا ا يندرا ڤترا) merupakan benteng bersejarah yang telah digunakan sejak era Hindu hingga masa kejayaan Islam di Aceh. Terletak di Ladong, Kabupaten Aceh Besar, benteng ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang peradaban di kawasan tersebut.
Benteng ini pertama kali dibangun pada masa Kerajaan Lamuri, sebuah kerajaan Hindu yang kelak bertransformasi menjadi kerajaan Islam. Fungsinya adalah sebagai benteng pertahanan untuk melindungi wilayah Aceh dari serangan musuh, terutama di masa aktifnya perdagangan antarbangsa dengan India, Tamil, Siam, dan Arab pada abad ke-17. Salah satu catatan sejarah menyebutkan, Benteng Indra Patra pernah berperan penting dalam menghadapi serangan Portugis yang mencoba merebut wilayah Aceh.
Berlokasi sekitar 19 kilometer dari pusat Kota Banda Aceh, benteng ini mudah diakses melalui Jalan Teuku Nyak Arief dan Jalan Laksamana Malahayati, dengan waktu tempuh sekitar 40 menit.
Menurut catatan, kompleks benteng ini dulunya memiliki empat bangunan, namun kini hanya tersisa dua bangunan utama yang masih utuh, dilengkapi dengan dua stupa. Di sekitar benteng, juga terdapat struktur tambahan yang dulunya difungsikan untuk menempatkan meriam dan amunisi.
Material pembangunan Benteng Indra Patra pun terbilang unik. Dinding-dindingnya dibangun menggunakan campuran batu kapur, tanah liat, kulit kerang, dan putih telur, memperlihatkan kearifan lokal dalam teknik konstruksi masa lampau.
Setelah keruntuhan kerajaan Hindu, benteng ini tetap dimanfaatkan sebagai pertahanan, termasuk pada masa Sultan Iskandar Muda dan Laksamana Malahayati, dua tokoh penting dalam sejarah Kesultanan Aceh.
Menghabiskan waktu akhir pekan di Benteng Indra Patra, menawarkan perpaduan menarik antara wisata sejarah dan keindahan alam. Dari lubang-lubang pengintai di dinding benteng, pengunjung dapat menikmati pemandangan laut yang membentang ke Selat Malaka, menjadikannya lokasi favorit untuk fotografi maupun sekadar bersantai menikmati angin laut.
Benteng ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 18.00 WIB. Menjelajahi benteng sambil menikmati suasana laut bisa menjadi pilihan rekreasi edukatif bersama keluarga atau teman.
Saat ini, pengelolaan Benteng Indra Patra berada di bawah tanggung jawab Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh. Selain melakukan upaya pelestarian, Disbudpar juga menyediakan fasilitas umum seperti mushala dan toilet, serta aktif mempromosikan situs ini kepada wisatawan lokal maupun mancanegara.
Pelibatan masyarakat sekitar juga menjadi bagian penting dari pengelolaan harian. Salah satunya adalah Syukria, seorang pengelola wisata yang kerap memandu para pelajar dan pengunjung umum, memperkenalkan sejarah Kerajaan Lamuri serta pentingnya Benteng Indra Patra sebagai cagar budaya.
Meski berbagai upaya pelestarian telah dilakukan, beberapa bagian benteng kini mengalami kerusakan dan kurang terawat. Kondisi ini menjadi pengingat akan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat untuk menjaga keberlangsungan warisan sejarah ini bagi generasi mendatang. [Syifa Salsabila]