WASATHA.COM - Universitas Syiah Kuala (USK) bekerja sama dengan Ramsar Center Japan (RCJ) menginisiasi pengembangan Bank Kepiting di Banda Aceh. Kegiatan ini berlangsung dua hari yaitu 8- 9 Agustus 2024 bertempat di Gedung Evakuasi Ulee Lheue, Banda Aceh.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) USK, dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan USK, akademisi dari Pusat Riset Ilmu Sosial dan Budaya (PRISB) dan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Kelautan dan Perikanan USK, pemerintah daerah (BAPPEDA Kota Banda Aceh), institusi adat laut Panglima Laot, serta sektor swasta.
Dr. Alfi Rahman, Kepala Pusat Riset Ilmu Sosial dan Budaya (PRISB) USK yang merupakan salah satu inisiator projek ini mengatakan, proyek ini bertujuan untuk memulihkan ekosistem pesisir dan meningkatkan populasi kepiting lokal yang selama ini terancam oleh perubahan lingkungan, penangkapan berlebihan, dan konversi lahan pesisir untuk kegiatan akuakultur, perumahan, serta bisnis.
”Tsunami 2004 mengakibatkan lebih dari 40% wilayah Banda Aceh terendam hingga 5 km ke daratan, sehingga ekosistem pesisir mengalami tekanan berat,”kata Alfi.
Alfi berharap, proyek Bank Kepiting ini diharapkan dapat menjadi model yang dapat direplikasi di wilayah pesisir lainnya, mendorong praktik lingkungan yang berkelanjutan, dan memperkuat ketahanan masyarakat pesisir terhadap tantangan lingkungan di masa depan.
Prinsip kerja Bank Kepiting adalah mengumpulkan dan memelihara kepiting betina bertelur, yang kemudian akan dilepaskan kembali ke habitat aslinya setelah telur-telur tersebut menetas.
Dengan cara ini, populasi kepiting dapat terus diperbarui dan dijaga keberlanjutannya. Proses ini tidak hanya mendukung konservasi spesies kepiting, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat pesisir dengan memastikan pasokan kepiting yang berkelanjutan untuk pasar lokal.
Prof. Shimpei Iwasaki dari Ramsar Center Japan (RCJ) menyebutkan bahwa proyek ini adalah salah satu kegiatan konservasi wilayah basah (wetland) yang menjadi komitmen RCJ.
"Kami ingin memastikan berbagai aktivitas di wilayah pesisir, termasuk aktivitas ekonomi, tetap memperhatikan praktik-praktik konservasi lingkungan dan keberlanjutan," ujar Prof. Iwasaki.
Thakorn Kakhaikitthawat dari Kung Krabaen Bay Royal Development Study Center, Thailand, yang juga hadir dalam kegiatan ini, menyatakan bahwa pengalaman mereka dalam mengembangkan Crab Bank di Thailand sangat sukses, salah satunya adalah keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan Bank Kepiting.
"Teknologi pengembangan Bank Kepiting ini sangat mudah, murah, dan yang paling penting adalah keterlibatan berbagai pihak dalam mendukung dan menjalankan proyek ini. Ini akan sangat berdampak pada peningkatan populasi kepiting di alam," kata Thakorn.
Selain pengembangan Bank Kepiting, proyek ini juga akan melakukan aktivitas penanaman mangrove di tiga lokasi berbeda di Banda Aceh melibatkan 30 relawan. Proyek penanaman mangrove ini diharapkan dapat mendukung keberlanjutan ekosistem pesisir dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. []