WASATHA.COM - Manusia terkadang tak bisa menahan amarahnya ketika sedang kesal terhadap seseorang. Padahal, marah adalah salah satu senjata setan untuk membinasakan manusia. Jika manusia emosi, maka setan akan sangat mudah mengendalikannya.
Seperti dikutip dari buku “Menjadi Manusia Luhur” karya Arjuna Wibowo, setidaknya ada lima langkah yang bisa dilakukan untuk meredam emosi.
Pertama, ketika manusia sedang emosi hendaknya segera memohon pertolongan kepada Allah. Agar terhindar dari godaan hendaknya orang yang emosi segera membaca ta’awudz:
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“A’udzu billahi minasy syaithonir rojiim"
Artinya: “Aku berlindung kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dari setan yang terkutuk”.
Kedua, saat sedang emosi sebaiknya langsung diam dan menjaga lisan. Menurut Arjuna, bawaan orang marah adalah berbicara tanpa aturan, sehingga bisa saja dia berbicara sesuatu yang justru mengundang murka Allah.
“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan Lighairih).
Ketiga, orang yang sedang emosi hendaknya mengambil posisi lebih rendah. Karena, kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits:
“Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum hilang, hendaknya dia mengambil posisi tidur. (HR. Ahmad 21348), Abdu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib al-Arnauth).
Keempat, saat sedang emosi hendaknya segera berwudhu. Hal ini sebagaimana hadits yang artinya: “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu”. (HR. Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784).
Sedangkan langkah kelima, ketika sedang marah seseorang bisa mengingat pesan dari hadits yang diriwayatkan Muadz bin Anas Al-Juhani rashiyallahu anhu, Rasulullah Saw bersabda:
“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani). []
sumber: republika.co.id