Kedua orang tua sudah
tiada, Ayah meninggal dalam keadaan sakit saat saya kuliah semester tujuh dan mulai
bekerja untuk mencari kuliah mulai semester satu sambil membantu ayah bekerja
pada sebuah perusahaan Koperasi, dari hasil bekerja itu saya dapat membiayai
kuliah dengan harapan ayah dapat menyaksikan saat wisuda, tapi takdir berkata
lain wisudaku hanya didampingi sang ibunda.
Pekerjaan berpindah-pindah sudah menjadi tradisi, pekerjaan
tidak menetap saya mempunyai dua anak saat itu,pikiran bingung karena harus
mencari nafkah untuk membiayai buah hati juga istri.
Setiap malam kegelisahan selalui menyelimuti, memikirkan
pekerjaan apalagi untuk hari esok. Hari yang cerah, kubuka jendela untuk melihat
sejuknya udara pagi, duduk sambil minum secangkir kopi sambil mendengarkan
radio dan membaca Koran, kudapati sebuah lowongan pekerjaan di salah satu
hotel, berbekal semangat saya beranjak menuju tempat penerimaan pekerjaan
dengan harapan diterima.
Tiba ditempat langsung menjumpai panitia penerimaan, sambil
menunggu giliran wawancara, keringat dingin tak lagi terbendung. nomor
selanjutnya terdengar suara memanggil bersedu sedu, sayapun bangkit melangkah
menuju ruangan wawancara.
“tok..tok..tok” tanganku mengayunkan pada dinding pintu
“masuk,” panggil suara itu
Banyak pertanyaan yang diajukan yang akhirnya diterima
sebagai security dengan sedikit kekecewaan karena tidak sesuai dengan
pendidikan sarjana yang saya emban, “tak mengapalah kataku dalam hati” sayapun
berpamitan dan pulang sambil menyumpai isteri yang penuh harapan ada pekerjaan.
“saya diterima,tetapi hanya sebagai security,” jelasku
“Tidak apa yang penting ada pekerjaan,” ucapnya.
Esok harinya pekerjaan sudah menunggu, dengan hati ikhlas
saya jalani penuh semangat. Setahun tidak terasa pekerjaan sebagai security
terjalin dengan baik, tidak ada perubahan dengan gaji 250.000 (duaratus lima
puluh ribu rupiah),perlahan –lahan saya meninggalkan pekerjaan itu.
Pengangguran kembali terjadi tetapi tidak terlalu lama, ada tetangga
memberitahukan ada sebuah perusahaan menerima karyawan.
Alhasil walau tidak sesuai dengan gelar yang saya miliki
(Sarjana Hukum), tiga tahun waktu berlalu tidak terasa,anak bertambah umurnya,
disamping bekerja , isteri menawarkan untuk
kuliah lagi dan mengambil gelar pendidikan , tawaran isteripun diterima untuk
melanjutkan pendidikan, terjalani sampai menamatkan pendidikan dengan tujuan
agar lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan yaitu seorang guru dengan jurusan
Bahasa Indonesia.
Tidak terpikir untuk mendapat pekerjaan dimasa yang akan
datang, karena usia hampir mendekati untuk mencoba penerimaan Pegawai Negeri
Sipil.
Hari minggu tahun 2004, suasana ramai tidak seperti
biasanya, dikota dan dipantai ramai sekali karena bertepatan dengan hari libur,
tiba tiba terdengar Allahu Akbar beberapa kali, ada apa “dalam hati bertanya ,
tiba tiba pikiranku pusing perut terasa mual, apakah aku pening pinta dalam
hati, rupanya bukan pening, lantai bergetar dan bergoyang-goyang kekanan dan
kiri terkadang kedepan dan kebelakang , gempa!!! teriakku…manusia berhamburan
keluar dari dalam rumah sambil menyebut nama Allahuakbar..Allahuakbar…bumi
bergoncang berhenti sejenak, air laut tumapah kedaratan menghanyutkan apa yang
ada dibumi banyak yang kehilangan sanak saudara dan orang tua.
Semenjak itu banyak yang kehilangan pekerjaan karna korban
gempa, tepat tahun 2005 pemerintah membuka lowongan pekerjaan untuk pegawai
negeri secara besar-besaran karena disetiap instansi banyak yang kosong,
kebetulan jurusan yang saya miliki yaitu jurusan bahasa Indonesia termasuk
peminatnya sangat sedikit, saya pun mengajukan permohonan untuk ikut tes
pegawai negeri untuk menjadi seorang guru.
Selesai mengikuti testing pikiran mulai kacau ,kerena dalam
pikiran penuh khawatir “lulus atau tidak lulus”,hari terus berganti tibalah
saatnya pengumuman hasil tes CPNS, sambil duduk diwarung kopi membuka selebaran
Koran, saya melompat kegirangan sambil berteriak “aku lulus,aku lulus” berita
ini terdengar kepada orang tua dan isteriku, dengan gembiranya orang tua dan
isteriku mendengar berita tersebut.
Aku menjadi seorang
yang optimis dan bukan pesimis lagi, kegembiraan ini saya bersyukur kepada
Allah,swt yang telah mendengar doaku selama ini, hari hari berlalu saya menjadi
seorang guru pada salah satu sekolah SMA yang dahulunya saya alumni sekolah
tersebut.
Hari demi hari kulalui membimbing, mengajarkan kepada para
siswa, saya menikmati menjadi seorang guru mungkin ini ada aliran darah dari
orang tua saya yang pernah menjabat sebagai kepala sekolah dasar. Kebanggan ini
saya tunjukan kepada siswa/siswi tak pernah jenuh dalam membimbing dan
mengajrakan ilmu ilmu yang bermanfaat.
Dalam beberapa tahun kujalani tantangan sebagai seorang guru
mulai terasa terutama dari akhlak-akhlak siswa/siswi, tetapi dengan penuh
kesabaran rintangan itu terlewati , sungguh
mulia jasa guru yang selalu menerangi anak didiknya penuh dengan ke ikhlasan dan
kesabaran, guru pahlawan tanpa tanda jahasa, tanpa bintang-bintang dipundak,
yang hanya dapat diberikan adalah senyuman dan senyuman,sungguh mulia jasamu.
[Tazkir,S.Pd adalah Guru SMA Negeri 1 Bukit, Bener Meriah]
[Tazkir,S.Pd adalah Guru SMA Negeri 1 Bukit, Bener Meriah]