Foto : Dream.com
Sadarkah Anda sebelum Virus Corona hadir, ternyata di bulan Syawal itu banyak orang yang menikah, terbukti dengan banyaknya undangan yang
sampai kerumah kita. Nah mengapa kebanyakan orang menikah di bulan Syawal, ada apa
dengan bulan Syawal ?
Karena bulan Syawal merupakan salah satu
bulan yang baik untuk menikah. Bahkan termasuk sunnah karena dianjurkan dan
dilakukan sendiri oleh Rasulullah SAW, jadi selain puasa 6 hari, sunnah di
bulan Syawal
adalah menikah.
Bahkan dalam sebuah hadis
diriwayatkan dari Anas bin Malik, Rasulullah menyatakan seseorang yang menikah
berarti telah menyempurnakan setengah dari agamanya. Sedangkan setengahnya
dengan bertakwa kepada Allah SWT.
Banyaknya orang menikah di bulan Syawal tentu saja bukan tanpa alasan, khususnya jika anda sudah menemukan
pasangan hidup dan sudah memenuhi persiapan, baik persiapan fisik maupun secara mental dan finansial tidak ada
salahnya jika Anda
menikah pada bulan Syawal.
Nah ini dia mengapa menikah di bulan Syawal menjadi salah satu hal yang dianjurkan :
Sunnah
Nabi Muhammad
Menikah adalah sebuah ibadah yang baik untuk
disegerakan. Jika Anda sudah bertemu dengan orang yang tepat, tidak ada
salahnya untuk melaksanakan pernikahan pada bulan Syawal.
Anjuran ini juga diperkuat dengan adanya dalil berupa
hadist dari Aisyah Radhiyallahu Anha, yang menceritakan:
" Rasulullah SAW
menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan
Syawal pula. Maka isteri-isteri Rasulullah SAW yang manakah yang lebih
beruntung di sisinya dariku?" (Perawi) berkata, " Aisyah RA dahulu
suka menikahkan para wanita di bulan Syawal." ( H.R. Muslim)
Ibnu Katsir dalam kitab Bidayah
wan Nihayah menjelaskan pernikahan Rasulullah pada bulan Syawal dimaksudkan sebagai
bantahan terhadap keyakinan yang salah. Kala itu, sebagian masyarakat Arab
tidak suka menikah di dua Id (Syawal dan Zulhijah) karena khawatir bakal
terjadi perceraian.
Salah satu misi Rasulullah adalah
menghapus keyakinan yang salah dari masyarakat Arab Jahiliyah. Oleh sebab itu,
sangat dianjurkan menikah pada bulan Syawal sebagai bentuk ibadah menjalankan
sunah Nabi Muhammad SAW.
Menepis Mitos Masyarakat Jahiliyah
Menepis Mitos Masyarakat Jahiliyah
Pada masa jahiliyah sebelum
kedatangan Islam di kota Makkah, ada banyak mitos-mitos yang dipercaya oleh
masyarakat.
Orang-orang Makkah saat itu sangat
mempercayai mitos-mitos tersebut sehingga terikat dengan mitos tersebut untuk
melakukan sesuatu. Khususnya hal yang penting seperti pernikahan.
Ada sebuah mitos yang mengatakan
bahwa menikah di bulan Syawal hanya akan membawa kesialan kepada pasangan
tersebut. Mitos ini muncul karena pada suatu waktu di bulan Syawal, ada
sepasang unta yang ingin dikawinkan. Akan tetapi, unta betina kemudian mengangkat ekornya
sebagai tanda bahwa unta tersebut tidak mau dikawinkan. Tanda ini juga berarti
bahwa unta jantan dilarang mendekati unta betina tersebut.
Berangkat dari sini, masyarakat Makkah
menganggap bahwa para wanita juga harus menolak jika ingin dinikahkan pada
bulan tersebut.
Sementara dalam Islam, seorang muslim
tidak boleh percaya pada mitos atau kesialan yang dibawa oleh sesuatu. Sikap
percaya kepada mitos ini dapat menggiring seseorang ke arah kesesatan. Karena itu, untuk
mematahkan dan menghilangkan kepercayaan yang menyimpang itu, maka pernikahan
pada bulan Syawal dijadikan sebagai ibadah. Dan pelaksanaan pernikahan di bulan
Syawal juga menjadi suatu sunnah.
Bulan Silaturrahmi
Selain itu, ada alasan lain mengapa
pernikahan di bulan Syawal jadi istimewa, yaitu karena pada bulan ini terdapat
hari lebaran dimana saat itu juga menjadi waktu silaturrahmi bagi umat Islam.
Menikah merupakan salah satu kegiatan
baik yang dilakukan untuk menjalin silaturrahim. Dengan adanya ikatan
pernikahan, maka hubungan antara dua keluarga juga semakin erat.
Dengan berbagai alasan tersebut, tak
heran jika
menikah di bulan Syawal menjadi sesuatu yang istimewa.
Jika Anda sudah bertemu dengan pasangan Anda dan merasa siap untuk
menikah, maka tidak ada salahnya juga untuk melangsungkan pernikahan di bulan
Syawal. [Nanda Fitriana | Mahasiswi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Ar-Raniry].