WASATHA.COM - Menjadi bagian dari sebuah media itu adalah suatu kebanggaan bagi diri saya. Mencari, menulis kemudian masuk pada tahap pengeditan jika sudah mantap maka berita tersebut bisa dipost dan disebarkan kepada masyarakat.
Berita
yang disiapkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada saat itu juga,
jika tidak berita yang dibuat akan terlewatkan atau bisa dikatakan tidak laku
di masyarakat. Jadi untuk menulis berita seorang wartawan harus paham situasi
dan kondisi masyarakat pada saat itu juga.
Selain
tulisan atau berita yang sesuai dengan situasi, seorang wartawan harus bisa
mengolah berita agar enak dibaca, alurnya tidak menyusahkan pembaca, singkat dan
padat. Seperti berita straight news atau berita langsung adalah berita yang
ditulis secara ringkas, lugas, apa adanya, dan biasanya berisi informasi
tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan atau suatu infomasi terkini
terkait suatu peristiwa.
Penjelasan
singkat diatas merupakan langkah seseorang membungkus berita semenarik mungkin
agar enak dan tidak bosan dibaca. Sama seperti saya, dimana sebelum bergabung
di wasatha media saya tidak paham alur menulis yang baik, membaca situasi
kebutuhan berita masyarakat saat itu dan lain sebagainya.
Awalnya susah, baik itu susah menulis, susah memulai awal kata, susah mengatur mana yang lebih penting dan beberapa masalah lainnya. Namun semua tantangan tersebut bisa dilewatkan dengan baik. Yaaa meskipun tulisan tidak sebaik dan sesempurna mungkin, namun tidak lebih buruk sebelum bergabung di Wasatha media.
Foto : Wasatha.com
|
Wasatha
media adalah portal berita Islam yang resmi diluncurkan, Senin 12 Juni 2017
sore, tepat pada saat peringatan Nuzulul Quran, dengan tagline “Memberitakan
yang Benar”. Peluncuran Wasatha media dipelopori oleh mahasiswa Fakultas Dakwah
UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Saat
peluncuran Wasatha.com tidak hanya dari kalangan mahasiswa saja yang memberikan
dukungan, dari kalangan dosen, Koordinator Masyarakat Informasi Teknologi Aceh
(MIT), Teuku Farhan, Ketua STAI Nusantara, Muhammad Zulkifli Yusuf, Koordinator
Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI), Arif Ramdan dan Rektor UIN
Ar-Raniry Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, MA juga ikut memberikan motivasi
dan dukungan kepada Wasatha.com.
Kebetulan
saya Dhiya Urahman ditetapkan sebagai Pimpinan Redaksi Wasatha.com. ditetapkan
sebagai pimpinan setelah melalui tahap pemilihan bersama teman-teman mahasiswa
di kelas saya, dimana pada saat itu sama-sama mengambil mata kuliah yang sama.
Selain
itu kami juga membentuk struktur Redaksi wasatha media. Struktur tersebut
dibentuk agar crew bisa bekerja sesuai dengan tugas yang sudah ditetapkan
bersama.
Jujur,
awal saya ditugaskan sebagai pimpinan redaksi saya merasa tidak pantas. Selain
minimnya pengalaman menulis dan pengalaman memimpin sebelumnya. Namun berkat
dorongan, motivasi dan hampir setiap hari diingatkan untuk menulis membuat saya
terbiasa dan lebih familiar dari sebelumnya.
Beliau adalah pengampuh kami pak
Arif Ramdan. Pengalamannya yang banyak, skil menulis yang bagus juga ramah
terhadap mahasiswa, mungkin beberapa hal tersebut yang mendorong saya tetap
semangat menulis dan membangun wasatha media.
Kadang-kadang
beliau mengingatkan lewat pesan Whatshapp, “tulisannya mana Dhiya” tulisnya.
“baik pak” jawab saya. Pesan peringatan tersebut hampir setiap hari beliau
layangkan, pastinya dengan konsep dan konteks yang berbeda-beda.
Saya mulai sadar
beliau mendidik tidak hanya sewaktu jam kuliah saja. Namun lebih, Bahkan tengah
malam pun terkadang mengingatkan saya “Dhiya ada kejadian baru (straight news)
tulis ya,” layangnya di pesan Whatshapp. “siap pak,” dengan sigap saya jawab.
Begitulah seterusnya sampai saya sudah terbiasa menulis setiap harinya. Terkadang
saya lupa, beliau kembali mengingatkannya lagi.
Foto : Dokumen Dhiya | Kunjungan RRI
|
Kebiasaan
menulis juga dirasakan oleh semua crew wasatha media pada saat itu, semua crew
dituntut mengirimkan tulisan setiap harinya, baik itu berita, artikel maupun
tulisan menarik lainnya. Disisi lain saya juga bersyukur “Alhamdulillah” karena
saat itu saya memiliki crew yang kompak, enak diajak kompromi dan pastinya
susah senang bersama sudah kami rasakan selama di wasatha media.
Foto : Dokumen Dhiya | suasana crew Wasatha sedang beristirahat pada PIONER VIII 2017
di UIN Ar-Raniry Banda Aceh
|
Susah
senang yang paling berkesan yaitu ketika Pekan Ilmiah, Olahraga, Seni dan Riset
(PIONER) ke VIII tahun 2017 yang berlansung di UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Disini
kami belajar bekerja dengan tim, tim yang sudah dibentuk di ruang kelas mulai
kami praktikkan disini. Pastinya dengan arahan dan masukan dari dosen pengampuh
saat itu. Kegiatan mencari, mengolah, mengedit kemudian menyebarkan berita
sudah menjadi makanan sehari-hari saat itu.
Satu
hari, salah seorang crew tidak mengirim berita ke wasatha. Saya tanya “kenapa
tidak mengirimkan berita?”. Dia menjawab “aku gak tahu gimana nulisnya” jawabnya
dengan nada rendah. Mendengar pengakuan teman yang pesimis tersebut, saya
mencoba memberi masukan agar ia tetap semangat dan tidak bosan untuk mencoba
sampai bisa, alhasil sekarang ia sudah bisa menulis dengan baik.
Beranjak
dari masalah tersebut, hal yang paling berharga lainnya adalah ketika kami
belajar mengejar target berita, mencari isu, bagaimana mencari berita menarik dan
memantau pengunjung pada berita yang sudah dipost setiap harinya di wasatha
media.
PIONER
ke VIII 2017 di UIN Ar-Raniry banyak membawa dampak positif bagi UIN Ar-Raniry
sendiri, begitu juga bagi wasatha media yang ikut berkecimpung dialamnya
sebagai salah satu media yang siap memberikan berita seputar PIONER saat itu.
Momen
PIONER ke VIII di UIN Ar-Raniry tersebut menjadi langkah wasatha memperkenalkan
dirinya sebagai media Memberitakan yang Benar. Media yang akan menjadi wadah pembelajaran
bagi mahasiswa terutama mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komuniaksi.
Membangun Relasi
Kerja
sama tim adalah satu factor penting dalam dunia kerja, tidak bisa dipungkiri
lagi relasi yang baik akan mempengaruhi pekerjaan kedepan. Begitu juga dengan
wartawan online harus bisa membangun relasi dengan tim sesolid mungkin agar
pekerjaan mudah dikerjakan.
Relasi
yang dibangun tidak hanya dengan tim sesama media tempat bekerja saja, kita
bisa membangun relasi dengan media lain, dan dengan beberapa instansi luar
lainnya.
Tulisan yang Renyah
Salah
satu pesan yang sangat melekat dipikiran saya adalah Tulisan yang renyah. Pesan
ini pernah disampaikan oleh pengampuh kami Arif Ramdan, beliau memberikan pesan
ini saat saya sedang mengedit salah satu tulisan kemudian beliau mengontrol
tulisan tersebut “Tulisannya kurang renyah Dhiya” ungkapnya. Kemudian setelah
beliau mengontrolnya, tak lama kemudian beliau langsung memberikan masukan
untuk perbaikan tulisan tersebut.
Pesan
tersebut selalu muncul ketika saya hendak memulai menulis, tidak hanya menulis
berita saja.
Menulis artikel, cerpen bahkan tulisan yang sedang anda baca ini
menuntut saya agar tulisannya renyah dibaca. Wallahu a’lam saya tidak tahu
apakah tulisan ini sudah renyah menurut anda? Tulis di kolom komentar.
Dari
pengalaman singkat saya, terkadang saya sering berkontemplasi bahwa sungguh
tantangan menjadi seorang jurnalis professional bukanlah hal yang mudah. Akan
ada banyak hal yang tidak terduga menanti dihadapan. Namun seorang jurnalis
professional dipaksa harus siap dengan kondisi itu bahkan kondisi lebih parah
skaligus. Ini sebenarnya tantangan seorang jurnalis.
Ambil
contoh ketika terjadi kebakaran, bencana alam atau konflik, dimana banyak hal
yang tidak terduga, remang, yang mungkin bisa mengancam keselamatan tetapi
seorang jurnalis tetap dituntut bisa mengambil sikap positif dan menghasilkan
karya jurnalistik.
Pesan
Di akhir
tulisan saya, saya ingin menyampaikan beberapa pesan buat teman-teman yang
mungkin ikut andil membaca tulisan ini.
Terutama
buat temen-temen seperjuangan di wasatha media, mungkin selama masa jabatan
saya banyak menyentil hati kecil kalian, membuat kesal, baik lahir maupun batin
atau tingkah lain yang mungkin tidak kalian suka dari saya, saya minta maaf.
Saya
sadar selama saya jadi pimpinan di wasatha media pernah bersikap kasar, kurang
sopan, suka menyuruh, dan lain sebagainya. Tidak ada maksud lain, tujuan saya
saat itu hanya satu, yaitu belajar, belajar dan belajar.
Yaaaa semoga kita
semua bisa menjadi orang yang mahir menjadi penulis bisa melahirkan karya-karya
yang luar biasa. Begitu juga kepada tim video, semoga menjadi wartawan yang
handal nantinya.
Kemudian untuk teman-teman yang baru mengenal dunia jurnalistik awalnya memang susah, namun jika kalian gigih, semangat belajar yang tinggi ungkapan "kalian akan sukses" itu pantas kalian dapatkan.
Dari sini kami berharap agar teman-teman bisa
memanfaatkan kesempatan disini, kesempatan seperti ini
tidak akan dapat diulang dua kali. Anggap saja kalian sedang belajar sambil
bermain, tetapi srius. Kalian bisa bermain bersama teman sekampus, membangun
relasi dan hal positif lainnya yang bisa kalian dapatkan di wasatha.com.