WASATHA.COM,
BANDA ACEH - Tim Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC)
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) beraudiensi dengan Wali Kota Banda Aceh,
Aminullah Usman di Pendopo Walikota, Selasa (21/1).
Di hadapan Wali
Kota, TDMRC menyerahkan hasil penelitian tentang dampak kenaikan muka air laut
akibat perubahan iklim di pesisir Banda Aceh. Hasil riset itu berjudul
“Strategi Mitigasi Bencana Tsunami dan Banjir Rob yang Diperparah oleh Kenaikan
Muka Air Laut Akibat Perubahan Iklim”.
Penelitian ini telah berlangsung sejak 2016
hingga akhir tahun 2019 yang didukung PEER USAID.
Peneliti TDMRC
Unsyiah, Dr. Syamsidik, S.T., M.Sc mengatakan kajian ini berguna untuk
mengetahui prediksi ke depan yang akan terjadi di Banda Aceh terutama terkait
tsunami dan banjir rob. Salah satu hasil kajian TDMRC menunjukkan jika pesisir
Banda Aceh akan mengalami kenaikan muka air laut.
Diprediksikan 50
tahun mendatang, 3 persen dari total luas Kota Banda Aceh akan terendam. Angka
ini akan meningkat 11 persen dalam waktu 100 tahun jika tidak ada pengembangan
tepat di kawasan tersebut. Bahkan, luasan genangan tsunami diprediksi bertambah
28 persen dari cakup rendaman saat tsunami 2004 silam.
“Dengan pengaruh
kenaikan air laut, tsunami akan tiba lebih cepat yang artinya waktu evakuasi
menjadi lebih singkat dan daya rusaknya pun lebih kuat,” ujarnya.
Wakil Rektor
Unsyiah Bidang Akademik, Prof. Marwan mengatakan kota Banda Aceh menghadapi
masalah baru yaitu perubahan iklim, khususnya kenaikan air laut. Ini dapat
memberikan dampak langsung bagi masyarakat pesisir, seperti banjir rob.
Ia berharap
penelitian ini menjadi bahan acuan Pemkot Banda Aceh untuk melahirkan kebijakan
serta mendesain program mengatasi permasalahan tersebut. Unsyiah juga siap
bekerja sama melakukan transfer knowledge atau teknologi sesuai kebutuhan
masyarakat.
“Penelitian ini
diharapkan memberi kontribusi terhadap upaya meningkatkan ketahanan masyarakat,
khususnya dalam menghadapi tsunami dan banjir rob di Kota Banda Aceh.”
Sementara itu,
Wali Kota Banda Aceh mengucapkan terima kasih atas hasil penelitian ini. Ini
menjadi landasan bagi pemerintah kota untuk melakukan langkah-langkah dalam
mengantisipasi datangnya bencana. Aminullah juga menyebutkan jika saat ini
Banda Aceh telah menjadi daerah penelitian terkait bencana.
“Bencana memang
tidak dapat diprediksi, tetapi mengedukasi masyarakat harus dilakukan sejak
sedini mungkin.”
Selain Banda
Aceh, penelitian ini juga dilakukan di Kota Mataram dan Kota Ambon. Ketiga kota
ini memiliki ancaman serius terahdap bahaya pesisir, seperti banjir rob, erosi
pantai, hingga tsunami. (Humas Unsyiah/fer)
--