Laporan Miftahul Jannah.
|
Senator Aceh tersebut mengungkapkan bahwa Indonesia menempati peringkat kedua paling rendah dalam membaca dan menulis. Terutama Aceh, hampir 2% masyarakat buta huruf. Seharusnya, dengan anggaran pemerintah yang nominalnya triliunan mampu menghadirkan sarana yang dapat meningkatkan literasi masyarakat.
"Di indonesia yg berjumlah 5.6 juta jiwa, hanya 1 dari 1000 orang yang suka membaca. Minat baca di Indonesia sangat kurang, kecuali membaca buku rekening." ungkapnya.
Anggota DPD RI asal Aceh itu juga menjelaskan sedikit masyarakat yang mampu menguasai literasi, terutama anak muda, kebanyakan mereka hanya membaca judul besar, paragraf pertama tanpa membaca keseluruhan.
Menurutnya, anak muda mampu mengembangkan diri dengan minat baca dan menulis. Apalagi sekarang ini, menulis merupakan suatu hal yang trending dalam masyarakat. Sayangnya dalam mengolah data, kebanyakan pemuda terjebak dengan rating dan like. Demi sebuah rating dan like tinggi, mereka rela menciptakan hoax sebagai akses pemberitaannya.
Tidak bisa dipungkiri, hanya dengan sebuah tulisan, mampu mengubah nasib bahkan dunia.
"Satu tulisan mampu menggetarkan dunia." pungkasnya.
Fachrul Razi menjelaskan bahwa budaya literasi telah lama berkembang, hali tu dapat kita lihat dalam sejarah kehidupan baginda Rasul, dimana beliau membuat surat yang merupakan bagian dari literasi beliau kepada pemerintah dan sarana dakwah melaluinya.
Fachrul Razi menjelaskan bahwa budaya literasi telah lama berkembang, hali tu dapat kita lihat dalam sejarah kehidupan baginda Rasul, dimana beliau membuat surat yang merupakan bagian dari literasi beliau kepada pemerintah dan sarana dakwah melaluinya.
"Pada masa Rasulullah, hanya dengan 1 surat yang beliau tuliskan dan tulisan tersebut dikirim kepada raja Persia, mampu menggoyangkan kerajaan tersebut", jelasnya.
Aljawahir, koordinator acara menjelaskan bahwa lemahnya literasi masyarakat disebabkan karena sedikitnya kesadaran membaca, menulis, dan berbicara depan publik. Selain itu, game online juga mempengaruhinya. Maka, hadirnya Sekolah Literasi dapat menjadi wadah membentengi itu semua.
"Literasi kaum milenial melemah, sekolah literasi hadir untuk meningkatkan 3 upaya: membaca, menulis dan aksi atau berbicara nyata." jelasnya. []