Laporan: Yuriza Ulfani
WASATHA.Com, Banda aceh- Memperingati 15 tahun Tsunami yang mengguncang Aceh pada tahun 2004 lalu, mengadakan kegiatan renungan pada, Kamis (26/12/2019).
Acara ini juga dihadiri oleh beberapa korban dan saksi pada masa itu, kegiatan ini sangat berbeda dengan sebelumnya karena lebih di apresiasiakan dengan melalui seni.
Delisa salah seorang gadis yang menjadi korban saksi bisu yang selamat dari kencaman stunami Delisa juga mengatakan, peringatan tsunami pada tahun ini berbeda dengan tahun yang lalu karena kali ini diisi dengan kegiatan seni teater, dan puisi karena pada masa ini adalah zaman melenial apabila dijelaskan melalui cerita para melenial akan mudah bosan.
Renugan ini sesuatu yang baru, banyak dari para korban yang susah untuk melupakan tragedi tersebut dan mehilangkan rasa trourma nya yang mengalami bencana alam tersebut.
Menurut Delisa trauma itu tidak bisa di atasi karena itu adalah sebuah kenangan yang selalu terlintas dalam bayangan saya, trauma yang paling berat buat saya sampai saat ini saat mendengar suara geledup petir.
Edukusi bencana pada saat ini belum merata hanya di berbagai tempat saja yang terpenuhi. Seperti di kota-kota besar di aceh Sedangkan di kota- kota terpencil masih kurang idukasinya. Banyak dari korban mendidikasikan dirinya untuk bangkit dari truorma dengan Mensyukuri semua nikmat Allah.
Seorang gadis perumur 7 tahun Yang mampu merekam dan mengingat kejadian tersebut dengan kekuasaan Allah setelah 15 tahun silam dia masih mampu mengingat nomor handphone orang tuanya.
"Untuk mehilangkan trourma tidak mungkin karena pasti ada trouma, membiasakan dari menghadi hari dengan lebih indah dan jangan di renunggi sekali hinga harus tetap bangkit, " harapnya .
Acara ini bertujuan untuk mengenang dasyatnya gempa yang berkekuatan 9.1 Skala RIchter Sehingga menimbulkan tsunami pada 26 Desember 2004 silam.