![]() |
Illustrasi anak gizi buruk (Ist) |
WASATHA.COM, BANDA ACEH - Penanganan gizi buruk di Aceh masih
menjadi persoalan serius, karena itu, untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah
Aceh bersama UNICEF bekerjasama untuk mengatasi gizi buruk dan stunting pada
anak di Aceh. Hal itu disampaikan Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah
pada pertemuan bersama UNICEF Indonesia, di Aula Rumah Dinas Wakil Gubernur
Aceh, Banda Aceh, Rabu (9/10).
"Pemerintah
Aceh siap melakukan kerjasama dengan berbagai pihak (terkait stunting/gizi
buruk) termasuk UNICEF. Tentunya kami sangat antusias terhadap kerjasama
ini," kata Nova.
Saat ini, kata
Nova, persoalan gizi buruk dan stunting di Aceh tergolong cukup tinggi, maka
dari itu, butuh penanganan intensif untuk menangani persoalan tersebut. Ia
menyebutkan, berdasarkan hasil riset kementerian kesehatan pada tahun 2013
angka gizi buruk anak di Aceh masuk dalam kategori cukup tinggi di Indonesia,
dengan persentase 26.3 persen sedangkan untuk presentase stunting di Aceh
mencapai 37.9 persen.
"Artinya 2
dari 5 anak (dibawah usia 5 tahun) di Aceh mengalami gangguan tumbuh kembang,
tentunya ini akan mengancam perkembangan SDM Aceh kedepan," kata Nova.
Ia menyebutkan,
ada banyak faktor yang menyebabkan gizi buruk masih tinggi di Aceh. Seperti,
masih minimnya pemahaman para orang tua terhadap pentingnya gizi bagi anak.
Rendahnya kepedulian pada asupan makanan dan suplemen bagi anak serta pola
hidup yang kurang sehat.
Selain itu, kata
Nova, konflik yang berkepanjangan juga turut menyumbang kondisi kekurangan gizi
dan stunting generasi Aceh saat ini, selama masa konflik, kata Nova, banyak hal
yang terjadi sehingga membuat perkembangan Aceh dan generasinya menurun. Maka
dari itulah, butuh kerja ekstra untuk mengembalikan kondisi gizi anak-anak
Aceh.
Selama ini, aksi
yang sudah dilakukan pemerintah Aceh dalam melawan stunting dan gizi buruk
adalah dengan menghadirkan program Rumoh gizi, kampanye peningakatn asupan ikan
untuk keluarga dan anak, dan kampanye hidup sehat. Itu adalah bentuk keseriusan
pemerintah Aceh untuk mengurangi angka stunting dan gizi buruk di Aceh.
Maka dari itu,
Nova berharap, melalui kerja sama yang melibatkan salah sagu organisasi anak
dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berbagai sektoral baik itu PKK serta
termasuk organisasi sipil lainnya dapat memberikan penyadaran kepada masyarakat
tentang upaya penanggulangan gizi buruk sehingga dapat menurunkan atau bahkan
kondisi gizi buruk dan stunting di Aceh dapat dihilangkan.
Sementara itu,
perwakilan UNICEF Indonesia, Debora Comini, mengatakan sebagai salah atau badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mendukung pengentasan permasalahan
malnutrisi dan stunting. Kata Debora, sudah sepatutnya UNICEF mendukung program
pemerintah Aceh dalam penyelesaian permasalahan malnutrisi dan stunting.
Ia mengatakan,
saat ini UNICEF sudah terintegrasi pada 8 kabupaten/kota terkait program
perlindungan anak melalui program kesejahteraan sosial anak intergratif di 3
kab/kota dan program perlindungan sosial untuk anak khsususnya di kota Sabang.
Ia berharap,
dengan kerjasama ini dapat memperkuat kerjasama UNICEF dan pemerintah Aceh
dalam perlindungan dan pemenuhan hak hak anak di Aceh kedepan.[]