![]() |
Blangkejeren to Takengon, Aceh, Sumatera (foto: flickr.com) |
Oleh: Melli Saputri
“Engon ko so tanoh Gayo Si megah mu reta dele Rum batang
uyem si ijo kupi bako e Pengen ko tuk ni korek so Uwet mi ko tanoh Gayo Seselen
pumu ni baju netah dirimu Nti daten bur kelieten Mongot pude deru Oya le rahmat
ni Tuhen ken ko bewenmu Uwetmi ko tanoh Gayo Semayak bajangku Ken tawar roh
munyang datu uwetmi masku Ko matangku si mumimpim Emah ko uyem ken soloh Katiti
kiding nti museltu ilahni dene Wo kiding kao ken cermin Remalan enti berteduh Nti
mera kao tang duru Bon jema dele Nti osan ku pumun jema Pesaka si ara Tenaring
ni munyang datu ken ko bewen mu Uwet mi ko tanoh Gayo Ko opoh bajungku Ken
tawar’n roh munyang datu uwetmi masku” Cipta; Ar Moese
LIHAT Tanah Gayo ku yang megah dan penuh dengan
kekayaan alam, batang cemara dan hijau nya daun kopi menjadi bako di
semenanjung Alam. Dengarkanlah suara ayam-ayam yang menyuruh bangunnya rakyat
gayo dan naikkan lengan bajumu.
Bur Kelieten rahmat Allah untuk kita semuanya bangunlah
engkau rakyat gayo untuk tawar ruh nenek moyang, bangun lah kita saudara.
Lagu di atas meggambarkan Gayo adalah anugrah terindah dan
rahmat yang Allah berikan kepada kita Aceh. Dan kami akan mempertahankan hak
kami, Budaya kami mengajarkan sistem norma yang mengatur 'cara-cara merasa dan
bertindak'. Adat istiadat sebagai salah satu unsur kebudayaan Gayo yang
menganut prinsip "Mukemel, Tertip, Keramat, Mupakat, Behu Berdedale"
(Kemuliaan karena mufakat, kebersamaan untuk kekuatan).
Siapa Yang Tidak Kenal Dataran Tinggi Gayo ?
Sebuah dratan yang memiliki unik dan peka terhadap alam ini.
Dataran tinggi gayo juga sangat termegah dengan perkebuan kopi yang merupakan
warisan nenek moyang yang dikenal sebagai "Kopi Gayoku".
Pepohonan yang hijau, kami lahir di tanah pusaka dan dikandung
didikan juwa di Gayo.
Tidak kalah saing nan bahasa yang muncul juga mempunyai
beberapa daerah yaitu Bener meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues. Ketiga daerah ini
merupakan wilayah inti yang berada di Dataran Gayo.
![]() |
Raja Sibayak Lingga, Pa Sendi, beserta keluarganya (1914-1919). (foto:wikipedia.com) |
Kerajaan Linge yang berada di Kabupaten Aceh Tengah yang
menyimpan banyak rekaman jejak sejarah peradaban, migrasi dan populasi yang
masih harus di teliti, kerena banyak sejarah peradaban yang belum ditemukan.
Kami Bukanlah orang buta yang melohat dunia nyata hari ini,
kami juga bukan si dungu yang engkau teriaki dengan kekuasaanmu, hanya saja
kami tidak ingin sejarah kami yang masih banyak belum ditemukan akan rusak
serta hilang dengan datangnya orang berkepentingan di daerah kami.
Suku Gayo adalah suku tertua yang ada di Aceh. Kami sangat
menjaga situs Gayo, kami sangat dengan baik dan akan mempertahankannya dengan
kekuatan dan kebersamaan kami.
Kerajaan Linge adalah tempat yang sakral dan suci, karena
tempat tersebut adalah asal Sultan Genali dan Putri Kaca, kemudian disanalah ia
pertama kali sujud kepada Allah SWT.
Jeritan rakyat terus terdengar, suara tangis seakan membuat
kami harus melawan dengan sejuta diksi pemangku negeri ini, selamatkan generasi
dan keluarga kami, rakyatmu menjerit melonta-lonta, dimanakah keadilan yang
engkau janjikan selama ini ?
Pemangku negeri, bolehkan anak Negeri membisik ke telingamu
? Ku ingin berkata Rakyat Gayo tidak ingin kopi dan hutan mereka hancur! Sesuap
nasi segelas air mereka disitu menopang hidup. Pernahkan engkau sadar? mereka
mencari makan, dan situs sejarah kami pun akan hancur nantinya apabila lokasi tambang
emas akan menetap di kerajaan Linge kami.
Jangan karena perusahaan emas PT Linge Mineral Resources
(LMR) hancur salah satu cikal bakal lahirnnya masyarakat Gayo. Jika tambang
tersebut dibangun di daerah kami, maka akan berdampak kerusakan bagi kopi kami,
dan anak-anak yang sekolah akan putus sekolah karena penghasilan orang tua nya
yang sudah direnggut oleh kehadiran tambang yang akan mengubah iklim.
Wahai kalian penguasa, emas jangan renggut kebahagian kami
hanya keperkuanmu, kami hanya rakyat biasa yang tidak tau ingin mengadu kepada
siapa, alam yang Allah titipkan kepada kami jangan engkau rusak dengan tanganmu.
Kami hanya ingin hidup sejahtera dengan emas merah kami (kopi). Gayoku Mufakat.
"Tirus lagu gelas belut lagu umut, rempak lagu ree
susun lagu belo" (bersatu kita teguh)
"Nyawa mu-sara pelok ratip mu-sara anguk"