WASATHA.COM,
JAKARTA - Empat tenaga
pendamping eks napi teroris (Napiter) Aceh mengikuti workshop pendampingan bagi
Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan (BWBP) di Kementerian Sosial Republik
Indonesia.
Kegiatan selama empat
hari, Selasa hingga Jumat (23/8) itu dipusatkan di Hotel Santika, Mega City,
Bekasi Selatan, Jawa Barat.
Empat tenaga ahli
dari Aceh antara lain, Arif Ramdan Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry,
Mukhlisuddin Ilyas, Dosen STKIP BBG Banda Aceh. Keduanya merupakan peneliti
pada Yayasan Jalin Perdamaian yang didirikan oleh para alumni Jalin dan
sejumlah akademisi.
Mukhlisuddin
mengatakan, belajar banyak tentang penanganan sosial dengan pendekatan modern.
"Perkembangan
ilmu kesejahteraan sosial cukup progresif di Indonesia, berbagai pendekatan
baru telah diterapkan, salah satunya adalah penanganan bekas warga binaan pemasyarakatan
(BWBP) harus berbasis pada integrasi sosial dan dukungan pemberdayaan
ekonomi," ujar Mukhlis.
Turut serta juga
Muhammad Fajri pendamping dari Dinas Sosial Provinsi Aceh dan Syamsuddin dari
Bimbingan Klien Dewasa Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II, Banda Aceh.
Kegiatan yang digelar
Direktorat Rehabilitasi Tuna Sosial, dan Korban Perdangan Orang tersebut dibuka
oleh Dirjen Rehabilitasi Sosial, Edi Suharto, Ph.D.
Dalam arahannya, Ia
mengatakan, filosofi bekerja di bidang sosial harus bermanfaat bagi orang
banyak.
Menurutnya, setiap
mantan narapidana harus ditangani dengan baik, bukan saja berbasis spiritual
tetapi juga harus berbasis family care dan sosial support.
Workshop untuk
peningkatan kapasitas pendamping eks napi tersebut menghasilkan rencana
tindaklanjut pendampingan dalam tiga aspek, antara lain pemberdayaan ekonomi,
perawatan sosial (social care), dukungan keluarga (familiy support).
Acara itu diikuti
sebanyak 43 pendamping pada Lembaga Kesejahteran Sosial (LKS) dari Aceh,
Bandung, Majalengka, Banten, Solo, dan Alor Nusa Tenggara Timur. []