Yudisium 155 Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Kamis (8/8/2019). (Foto: Lisa Handayani | Tim fotografer) |
WASATHA.COM, BANDA ACEH – Sebanyak 155 mahasiswa lulusan dari
Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda
Aceh mendapat pengakuan akademik yudisium sebagai tanda kelulusan studi strata
satu (S1) di Auditorium Ali Hajsmy, Kamis (8/8/2019).
Dalam laporan yang dibacakan Wakil Dekan I, Yusri M.Lis, menyebutkan
bahwa secara kuantitas, peserta yang di yudisium kali ini mengalami penurunan
dibandingkan dengan semester ganjil 2018/2019 yang lalu, yakni 277 mahasiswa.
“Sedangkan saat ini berjumlah 155 mahasiswa, atau mengalami
penurunan sebesar 44% atau turun sebanyak 122 orang,” katanya.
Namun secara kualifikasi akademik, kata Yusri M.Lis tingkat
kelulusan pada semester ini mengalami peningkatan.
“Angka kelulusan dengan predikat Istimewa pada yudisium
semester lalu sebanyak 61 orang dari 277 orang atau 22%, sedangkan saat ini
berjumlah 44 orang dari 155 mahasiswa atau meningkat jadi 30,32%. Artinya
semester ini mengalami peningkatan sebanyak 8,32%,” sebutnya.
Pada yudisium yang mengusung tema “Menjadi Sarjana Dakwah
dan Komunikasi yang Berkarakter, Unggul dan Siap Menghadapi Tantangan di Era
Millenial” tersebut, Wakil Dekan I, Yusri M.Lis juga mengingatkan agar setiap
lulusan dapat berkontribusi untuk kemajuan bangsa.
“Semoga dengan ilmu yang diperoleh selama ini akan
mempertajam kepekaan alumni dalam menyikapi berbagai fenomena global,” katanya.
Hal yang senada juga dikatakan oleh Dekan FDK, Dr Fakhri
dalam kegiatan pengakuan gelar bagi para mahasiswa yang telah menyelesaikan
segala program perkuliahan tersebut.
“Ketika menjadi mahasiswa, anda masih memikul tanggung jawab
secara individu dan akademik. Tetapi mulai hari ini status tanggung jawab anda
akan lebih besar ruang lingkupnya yaitu tanggung jawab sosial yang akan melekat
di pundak anda,” pesan Dekan FDK.
Dengan mengutip salahsatu hadits yang berbunyi “tuntutlah
ilmu dari buaian hingga ke liang lahat” ia mengingatkan bahwa yudisium bukanlah
akhir dari segalanya dalam konsep belajar sepanjang hayat (long-life education).
Hal itu dikatakan Dr Fakhri karena menurutnya setiap manusia
memiliki insting pembelajar yang tidak pernah mengenal kata berhenti untuk
menuntut ilmu. []