(Sumber foto: bandaacehkota.go.id) |
Laporan: Hafiz Agyushal, Peserta Klinik Jurnalistik Prodi Komunikasi Penyiaran Islam UIN Ar-Raniry
WASATHA.COM - Bagi
Masyarakat Aceh, tradisi Meugang sudah menjadi hal yang tidak boleh dilewatkan
dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Sesibuk apapun masyarakat Aceh,
pasti akan meluangkan waktunya di hari yang begitu spesial ini. Lantas, apakah
Meugang itu?
Meugang adalah
tradisi mengkonsumsi dan mengolah daging sapi atau lembu, yang biasa dilakukan tiga
kali dalam setahun, salah satunya dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Kegiatan ini
sering dijadikan moment berkumpul bersama keluarga, khusunya bagi masyarakat
Aceh yang dalam perantauan. [BACA: KWPSI Meugang Bersama Anak Yatim]
Tradisi Meugang
sendiri sudah ada sejak masa kesultanan Sultan Iskandar Muda. Pada masa itu
sang sultan membagi bagi kan daging sapi kepada rakyat sebagai bentuk rasa
syukur kepada tuhan.
Rakyat menganggap
kegiatan mengkonsumsi daging sapi adalah sesuatu yang spesial. Sebab pada saat
itu daging sapi masih jarang dikonsumsi oleh masyarakat Aceh.
Sejarah mencatat
sang sultan memotong daging dalam jumlah yang sangat banyak dan mebagikannya
secara gratis kepada rakyat Aceh. Hal ini menjadi kegiatan rutin yang dilakukan
sultan menjelang puasa.
Dalam catatan
sejarah, pada tahun 1873 ketika Belanda berhasil menaklukan Aceh kegiatan ini
sempat ditinggalkan oleh raja di Aceh.
Namun seiring
berjalannya waktu, kegiatan Meugang tersebut telah melekat pada kehidupan
sehari hari masyarakat Aceh dan mulai menjadi kebiasaan yang dilakukan setiap
tahunnya. []