WASATHA.COM, BANDA ACEH - Kita takkan pernah lupa akan pesan ini di kutip dari pernyataan
Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno menyampaikan “Berikan aku
sepuluh pemuda, maka aku akan mengguncang dunia” dan ada juga dari Hasan Al-
Banna seorang tokoh dibidang pergerakan di Mesir pernah berkata, “Di setiap
kebangkitan pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran pemudalah pengibar
panji-panjinya”
Dalam hal ini muncul sebuah pertanyaan mengapa harus ‘pemuda’?
Ternyata, pemuda adalah sebagai sarana penerus cita-cita perjuangan bangsa dan
sumber kepentingan bagi pembangunan
bangsa dapat mengubah bangsa menjadi lebih baik nantinya.
Hal ini terbuktikan bahwa pemuda mempunyai peran sangat besar
untuk meneruskan kekuasaan yang sudah ada saat ini. Tak lupa, perlu menjadi
catatan bersama dalam sejarah pun tertulis jelas pemuda berperan penting dalam
kemerdekaan Indonesia .
Pemuda Indonesia khusunya daerah Aceh, kita lihat kacamata
sejarah banyak ulama-ulama Aceh yang
masih muda sangat piawai dalam
segi ilmu agama dan mencetuskan banyak ulama-ulama seperti Syekh H.Muhmmad Waly
Al-Khalidy yang sering disebut Syekh
Muda Waly Al-Khalidy. Karena masa mudanya beliau sudah jadi seorang ulama besar
di Aceh.
Namun fenomena yang terjadi saat ini, malahan sangatlah berbeda
dan jauh dari harapan. Dimana pemuda Aceh seringnya menghabiskan waktunya di
warung kopi. Hal ini menjadi sangatlah tidak layak sehingga perlu menjadi perhatian bersama.
Mengingat banyaknya kegiatan yang seharusnya dapat dilakukan oleh para pemuda
Aceh untuk daerahnya demi kelanjutan hidup yang lebih baik terutama dalam
bidang sumber daya manusia (SDM). Untuk meraih manfaat besar dapat dirasakan
perlu adanya memenuhi kebutuhan pasar kerja.
Pengunjung warung kopi
selain gemar ngopi, juga akan dimanjakan dengan fasilitas wifi gratis yang
telah tersedia di tiap warung kopi. Mungkin hal inilah yang membuat banyak
kawula muda Aceh tertarik atau gemar nongkrong hingga larut malam sehingga
menghabiskan waktu yang tak bermanfaat. Padahal kita lihat bersama,
perpustakaan juga sudah menyediakan tidak hanya buku wifi pun sudah ada bahkan
laboratoriumpun sekarang disedikan dan dimanjakan AC agar pengunjung betah
didalamnya. Tetapi kenapa masih minim keinginan keperpustakan.
Seandainya pemuda Aceh tidak hanya menghabiskan waktunya di warung
kopi, tetapi banyak kegiatannya yang harus dilakukan seperti sering ke perpustakkan,
thala’ah, diskusi dan sebagainya. Mungkin pemuda Aceh sangat lebih baik dan
akan mempunyai sumber daya manusia ( SDM) yang sangat luar biasa sebagai
penerus bangsa.
Tapi
sungguh sangat disayangkan pemuda Aceh khusunya
mahasiswa sangat kurang dalam segi minat baca, diskusi, muthalaah dan lebih sering menghabiskan waktu din warung
kopi untuk bermain game online. Kita
lihat keseharian perbandingan antara warung kopi dan perpustkaan sangat dominan warung kopi.
Padahal perpustakkan itu adalah jendelanya dunia, banyak kita
dapati berbagai buku sebagai ilmu
pengetahuan didalamnya dan informasih yang
sangat bermanfaat.
Para pemuda saat ini umumnya masih berfikir secara sempit yang
sebenarnya harus berfikir secara luas apalagi di zaman milineal saai ini. Perlu
kita ketahui bersama Indonesia menyongsong fase bonus demografi beberapa tahun
kedepan. Seharusnya, menjadi kesempatan emas baik Indonesia maupun daerah Aceh
akan hal demikian..
Peran pemuda diharapkan mampu menciptakan sistem atau
konsep-konsep baru dalam memecahkan masalah pengangguran yang semakin hari
mengkhwatirkan khususnya di Aceh. Dengan begitu memberikan salah satu solusi
dalam membantu pemerintah dalam mencapai visi dan misinya.
Sekira-kiranya pemudah Aceh harus lebih sangat berpikir lebih
luas dan jangan hanya menghabiskan waktu untuk bermain di warung
kopi, bermain game online sehingga waktu yang kita punya terbuang sia-sia tidak
ada manfaatnya. Jadikan waktu yang kita miliki untuk hal yang penuh bermakna
dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. [Ahmad Habibi]