Para Akademi Aceh membedah buku "Islam, Formalisasi Syariat Islam, dan Post-Islamisme Aceh" karya 20 penulis, Senin (29/4/2019) di Theater Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Ar-Raniry. (FOTO: Istimewa) |
WASATHA.COM, Banda Aceh – Sejumlah akademisi Aceh membedah buku "Islam,
Formalisasi Syariat Islam, dan Post-Islamisme Aceh" karya 20 orang
termasuk dari berbagai tamatan pasca-sarjana kampus yang ada di Aceh, Jawa, dan Australia.
Acara tersebut digelar di Ruang Theater Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Senin (29/4) pagi.
Zahlul Pasya, Panitia yang
merupakan salah satu penulis mengatakan acara ini bertujuan untuk mengajak
mahasiswa dalam melihat Islam dari perspektif yang luas.
“Acara tadi sebagai pelecut
pikir bagi mahasiwa dalam memahami Aceh dan Islam,” katanya.
Menurutnya, selama ini wacana Islam di Aceh diproduksi oleh
pemerintah dan otoritas agama.
“Nyatanya ada cara lain untuk melihat Islam, salah satunya lewat
apa yang ditulis oleh anak-anak muda Aceh dalam buku ini," ujarnya.
Ia mengatakan, tema Islam
dipilih karena Aceh merupakan bagian paling sentral dalam kehidupan masyarakat.
Ia juga mengutarakan, apapun yang terjadi di Aceh mulai dari
kebijakan publik hingga fenomena alam sekalipun, selalu ditarik kedalam sudut
pandang Islam.
"Tapi cara orang memahami
dan mendekati Islam tidak satu dan sangat beragam. Nah, keberagaman berislam
itu yang hendak ditonjolkan dalam buku ini,” sebutnya.
Selain itu, ia mengatakan bahwasanya Islam tidak melulu soal
hubungan manusia dengan Tuhannya.
“Manusia memperlakukan (sesama) manusia harus pula dengan
nilai-nilai Islam. Ini yang mau ditonjolkan," jelasnya.
Lebih jelasnya, ia mengungapkan
bahwa buku tersebut berusaha melihat Islam di Aceh tidak selalu hitam putih
sebagaimana dalam Qanun.
“Produk Islam di Aceh lahir dari tarik ulur kepentingan politik
dan kontestasi antara kelompok Islamisme yang menghendaki formalisasi syariat
Islam dengan kelompok yang sebaliknya, menganggap bahwa Aceh bagian dari NKRI
dan sejatinya tidak boleh berbeda dengan daerah lain. Kenyataan inilah yang
paling menonjol yang membawa kita pada kondisi Islam di Aceh seperti sekarang,”
terangnya.
Sementara itu, Alkaf, Salah seorang pembedah buku tersebut
mengatakan buku ini menawarkan kompleksitas pemikiran di Aceh.
Buku dengan jumlah halaman
kurang lebih 200-an itu digarap akhir tahun 2018 dan dicetak secara sukarela
oleh penerbit lokal, Bandar Publishing (BP) pada Maret 2019 yang lalu.
Pembedahan buku tersebut dilakakukan oleh Muhammad Alkaf, Rizkika
Lhena, Teuku M Jafar, Ramli Cibro dan Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, Ph.D.
Bagi yang ingin memesan buku ini, bisa menghubungi nomor berikut via WhatsApp: 085277783521.[]