![]() |
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry menggelar Stadium General tentang refleksi Pemilu 2019. FOTO | Melli Saputri/Wasatha.
|
Laporan: Melli Saputri
WASATHA.COM | BANDA ACEH – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Pemerintahan (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry menggelar Stadium
General tentang refleksi Pemilu 2019 di Aula Biro Rekorat Lantai tiga, Banda Aceh,
Rabu (24/04/2019).
Kegiatan
tersebut mengusung tema “Ruang Politik bagi Perempuan di Aceh. Turut dihadiri
juga para dosen dan mahasiswa Ilmu Politik Fisip UIN Ar-Raniry.
Dekan
Fisip, Dr. Ernita Dewi S. Ag, M. Hum dalam sambutannya menyampaikan bahwa
masyarakat indonesia baru saja melaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019
serentak. Akan tetapi terdapat sedikit Caleg dari kaum Perempuan.
“Calon
Legislatif (Caleg) dari kaum perempuan hanya sedikit. Seharusnya di dalam
pertarungan politik tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, itu
dianggap sama saja,” ujar Ernita Dewi.
Muhammad,
Ketua Prodi Ilmu Politik UIN Ar-Raniry mengatakan kebanyakan perempuan tidak
akan memilih perempuan, karena mereka ragu dengan perempuan sendiri.
“Padahal
mereka memperjuangkan untuk negara bukan hanya untuk satu orang saja,” ujarnya.
Sementara
itu, Dr. H. Rasyidin, S,Sos, MA selaku narasumber yang juga Ketua Asosiasi Ilmu
Politik Aceh mengatakan wanita adalah tiang negara, berhasilnya negara adalah
karena seorang wanita yang baik untuk memimpin negara tersebut.
Ia
mengaku bisa bangkit karena dua orang perempuan hebat dibelakangnya. “Yang
pertama ibu dan yang kedua istri saya,” ungkap Rasyidin.
“Sekarang
kita tau bahwa bahwa di dalam agama itu lelaki sebagai pemimpin, akan tetapi di
dalam konteks politik dan konteks publik tidak ada larangan perempuan untuk
memimpin. Ini karena lelaki tidak rela di pimpin oleh seorang perempuan,”
pungkasnya. []