![]() |
Keindahan Mon Ceunong. FOTO | Miftahul Jannah/Wasatha |
Laporan: Miftahul
Jannah
WASATHA.COM, ACEH BESAR - Menjadi
penduduk lokal provinsi Aceh, belum
sempurna rasanya jika belum menjelajahi semua keindahan di dalamnya. Keindahan
yang masih sangat alami ini, membuat saya tidak ingin
ketinggalan untuk menjelajahi salah satu pesona keindahan alam di Aceh.
Layaknya
menuju syurga, sudah pasti bukanlah perjalanan mudah, seperti mengerjakan
sholat lima waktu, puasa, bersedekah, dan mengerjakan amal lainnya.
Begitu juga
dengan perjalanan menuju surga di balik hutan belantara Aceh Besar. Banyak
sekali rintangan yang harus di lewati, mulai dari melakukan pendakian dengan
jalan licin, serta bebatuan gunung besar menantang sehingga diperlukan kejelian
serta kehati-hatian agar tidak terjadi hal-hal yang tidak dinginkan.
Untuk Menuju Lokasi
Untuk mencapai ke tempat tersebut memerlukan waktu kurang
lebih 1 jam dari kota Banda Aceh. Setelah perjalanan selama 40 menit kita
akan melewati pesantren Oemar Diyan, ada persimpangan di pinggir persawahan lalu belok kanan. Kemudian melanjutkan perjalanan sejauh dua kilometer
lalu menjumpai perternakan sapi.
Perjalanan tadi masih terasa mulus-mulus saja, karna jalannya masih jalan
aspal. Setelah melewati perternakan sapi,
disinilah perjalanan yang sebenarnya dimulai.
Para pengunjung akan melewati jalan setapak yang dipenuhi bebatuan dan debu yang
membuat badan akan terasa pegal. Disarankan tidak menggunakan motor matic,
karena itu akan mempersulit anda, ditakutkan motor akan mogok.
![]() |
Menikmati Keindahan Mon Ceunong. FOTO | Miftahul Jannah/Wasatha |
Walaupun
berada di tengah hutan, masyarakat setempat melarang untuk parkir sembarangan,
karena pernah terjadi kehilangan motor, sebaiknya menggunakan motor gunung,
agar sampai ke tujuan dengan selamat.
Untuk sampai
disana kita tidak hanya melewati jalanan yang penuh batu dan debu, kita juga
akan menyebrangi dua anak sungai dangkal yang batunya sangat licin, hingga
harus extra hati-hati. Sebaiknya jangan pergi pada musim hujan, kerana kalian
juga akan melewati jalan setapak dengan tanah liat yang berlengketkan bebatuan
besar dari gunung, biasanyan air hujan akan tergenang sana.
Hal Mistik di Mon Ceuonong
Mon Ceunong,
begitulah warga setempat menyebutnya. Konon, katanya dulu memiliki sebuah sumur
tua yang telah di timbun, dimana memiliki
berbagai macam kejadian mistik, jadi buat kalian yang pernah keserupan jangan
sampai pikiran menjadi kosong.
Disana anda
akan melihat Air yang berasal dari
pengunungan, jika di telusuri mencapai air terjun Kuta Malaka. Warna air biru
tosca begitu menarik, membuat anda tidak sabar untuk memanjakan badan di bawah
rintihan air yang berjatuhan dari atas bebatuan. penampungan sungainya begitu
dalam, jadi harus lebih hati-hati dan bebatuannya yang begitu licin.
Sesampainya
disana kami disambut dengan kicauan burung dan suara alam yang sangat merdu,
rasanya seperti menyatu dengan alam disekitarannya.
Melihat
aliran air yang jatuh dari batu-batu karang di atas sungai itu, tak sabar
rasanya ingin berenang untuk melepas kepenatan setelah melewati medan yang
berat untuk sampai ke tempat tujuan.
Cantiknya
warna air dan pemandangan di sekitar sungai, air terjun ini digunakan sebagai sumber
air bersih oleh masyarakat setempat. Tempat ini masih sangat alami, belum
banyak yang mengunjungi, karna harus berpikir dua kali dulu untuk melewati rintangan-rintangan
untuk sampai ketujuan. Tetapi bagi mereka yang menyukai tantangan, dan
penasaran akan keindahan air terjun mon ceunong, semuanya akan dilalui, demi
menuju surga dunia ini.
Agar
perjalanan anda terasa lebih aman sebaiknya berdoa terlebih dahulu. Biar tidak
liburanmu begitu singkat, ada baiknya
pergi di waktu pagi, dan jangan lupa bawa perlengkapan untuk bakar ikan atau
ayam makan siang disana, karena di sana tidak ada orang jualan dan tidak
dipungut tiket masuk.
Sensasi
beribadah di alam terbuka, hanya beralas pohon yang telah tertebang dan dialiri
air sungai di bawahnya, tentu menjadi moment langka tersendiri bagi anda.
Setelah
makan siang dan sholat, kami langsung nyemplung ke air sungai dan melompat dari
atas batu layaknya air yang jatuh dari atas batu ke sungai.
“Alam adalah lukisan Tuhan yang tidak bisa diplagiat
kan. Mencintai alam merupakan sebuah perwujudan dari mencintai sang pemilik
alam,”ujar Maryam seorang eks Mahasiswa FKIP Bahasa Inggris Unsiyah.
Alam sudah
memberikan hasil nya untuk melepaskan penat bagi siapa saja dan sudah menjadi
hak kita bersama untuk menjaganya. Seperti tidak
membang sampah sembarangan karena akan mencemari alam. Pada hakikatnya alam dan
manusia itu bersahabat, saling melengkapi, bukan saling memusnahkan. []