Ishak membalik pisang sale di tungku, Minggu (27/10/2018) |
WASATHA.COM, BANDA ACEH -Rintik hujan menemani perjalanan kami ke
tempat pembuatan pisang sale khas Aceh di Gampong Deah Rawa, Kecamatan Syah Kuala,
Banda Aceh.
Tempat produksi oleh-oleh khas Aceh ini terletak tak jauh dari Pantai Syah Kuala. Hanya berkisar 4 km dari lokasi pantai.
Tempat produksi oleh-oleh khas Aceh ini terletak tak jauh dari Pantai Syah Kuala. Hanya berkisar 4 km dari lokasi pantai.
Tidak sulit untuk mencari lokasi dari
tempat tersebut. Setelah
menyusuri jalan lurus dari pantai Syah Kuala, kita akan di beri petunjuk berupa papan yang bertuliskan Pisang Sale khas Aceh.
Puluhan tandan pisang terikat berjejer
dihalaman. Jenis pisang yang digunakan untuk membuat pisang sale khas aceh ini yaitu
pisang wak. Dua pekerja mengupas pisang wak dan menyeleksi pisang dengan kualitas baik untuk selanjutnya
disale.
Sejumlah pisang yang telah lulus
tahap seleksi dimasukkan kedalam ember bulat berwarna hitam yang kemudian dibawa ke tungku perapian. Puluhan
Pisang Wak tersebut didatangkan dari berbagai daerah Aceh.
Terdapat 16 tungku perapian didalam industri tersebut. Setiap tungku terbuat dari
beton setinggi 1,5 meter yang posisinya saling berdempetan. Di atasnya disusun
berjejer potongan bambu-bambu kecil.
Adalah Ishak, salah satu pekerja yang
telah bekerja selama kurang lebih setahun di Industri tersebut. Ia membawa
pisang yang telah dikupas tadi ke dalam tempat perapian.
Tangan Ishak terlihat cekatan membalikkan pisang sale di tungku perapian. Berbalut sarung tangan plastic, dia mendorong kayu api pada tungku dan membolak-balikkan pisang-pisang yang berada di perapian.
“Harus pakai sarung tangan supaya kualitasnya tetap terjaga,” ucapnya, Minggu, 27 Oktober lalu.
Tangan Ishak terlihat cekatan membalikkan pisang sale di tungku perapian. Berbalut sarung tangan plastic, dia mendorong kayu api pada tungku dan membolak-balikkan pisang-pisang yang berada di perapian.
“Harus pakai sarung tangan supaya kualitasnya tetap terjaga,” ucapnya, Minggu, 27 Oktober lalu.
Pabrik rumahan produksi pisang sale Red
Golden ini memang terkenal sangat menjaga mutu dari produknya. Lantai, Tungku
perapian, dan Ember-ember yang digunakan terlihat bersih.
Sesekali matanya tampak berbinar menahan
perihnya asap putih dari perapian.
“Proses penyalean nya dua hari dua malam, sampai pisang-pisang ini benar-benar coklat ” ujar Ishak sembari menunjukkan pisang sale yang telah matang.
“Proses penyalean nya dua hari dua malam, sampai pisang-pisang ini benar-benar coklat ” ujar Ishak sembari menunjukkan pisang sale yang telah matang.
Sesekali ia juga memeriksa api pembakaran.
“Apinya tidak boleh terlalu besar, supaya hasilnya bagus,” ucapnya. Menurut
Ishak, jika api yang dinyalakan terlalu besar maka pisang tidak akan matang
sempurna, warnanya nya pun akan hitam, tidak sesuai dengan harapan.
Sementara Ishak sedang menjaga api supaya
pisang yang disale tidak gosong. Di sudut ruang, tampak 2 wanita bercengkrama
sembari menggoreng pisang sale yang telah dipipihkan.
“Silahkan diicip-icip dek,” ujar salah satu wanita yang sedang menggoreng pisang sale.
“Silahkan diicip-icip dek,” ujar salah satu wanita yang sedang menggoreng pisang sale.
Selain disajikan dalam bentuk bulat,
pisang sale juga bisa disajikan dalam bentuk goreng. Namun, pisang sale yang
digoreng terlebih dulu dipipihkan menggunakan alat pemipih.
Tangan wanita-wanita itu berlumuran tepung yang digunakan untuk menggoreng
pisang sale, sebelum di goreng pisang sale harus dipipihkan terlebih dahul agar
rasanya lebih renyah. Setelah
rangkaian proses produksi selesai, pisang-pisang tersebut di bawa ke pasaran.
Untuk satu produk pisang sale goreng red golden ini dibandrol dengan harga Rp.70.000 perkilogram. Sedangkan untuk pisang sale biasa hanya
Rp.50.000 perkilogram.
Reporter : Raudhatul Jumala