Iklan

Iklan

Kang Yadhi, Dari Relawan Hingga Bos Besar

11/01/18, 11:18 WIB Last Updated 2018-11-01T09:57:31Z

Riyadhi berpose untuk Wasatha.com di kantor Rumah Zakat Aceh, Sabtu (20/10/2018)

“Saya pernah menjadi relawan saat Tsunami Aceh 2004 lalu,” kata pria yang kami jumpai di kantor Rumah Zakat Aceh membuka cerita profilnya. 

Adalah Riyadhi  atau pria yang akrab disapa Kang Yadhi, kepala cabang rumah zakat di Aceh.

Berperawakan  sederhana, mengenakan kaos putih dan celana kain berwarna hitam Kang Yadhi menyapa kami dengan sangat ramah. 

Dengan keramahan dan gayanya yang sederhana, sepintas kami mengira dia adalah custumer rumah zakat, namun ternyata ia adalah kepala dari kantor yang kami datangi.

Suasana sejuk didalam kantor Rumah Zakat mengantar perbincangan kami dengan Kang Yadhi. Pria kelahiran Palembang tersebut mengawali karirnya dari seorang relawan Rumah Zakat yang berpusat di Bandung. 

Saat itu ia masih seorang mahasiswa dari jurusan sastra Arab di Uni Emirat Institut tepat nya pada tahun 2003. Memulai aktivitas relawan dengan ikut turun dalam aksi-aksi bencana sebagai tugas pertama dari karirnya hingga lulus kuliah pada tahun 2005.

“Ini bukanlah kali pertama nya saya ke Aceh, semasa menjadi relawan saya pernah datang ke Aceh pada Januari 2005. Beberapa hari pasca bencana Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam, menjadi tim evakuasi selama dua minggu,” cerita Kang Yadhi mengenang kondisi bagaimana ia memulai karirnya.


Pada 2006 ia di tawari oleh salah satu direksi untuk bergabung menjadi karyawan tetap di Rumah Zakat, dengan keadaan bimbang antara ingin melanjutkan kuliah atau berkerja. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk berkerja di Rumah Zakat.



Pada 2007 ia kemudian dimutasi ke Aceh, Melanjutkan karir di Aceh di bidang penangung jawaban program yang menangani empat program yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan.


Menetap di Aceh bukanlah hal mudah bagi Kang Yadhi, karena perbedaan budaya dan juga makanan, membuat ia sulit beradaptasi.



“Pada awal nya sempat ingin meminta pulang ke kampung halaman tetapi atasan saya terus mendorong semangat saya untuk tetap bertahan hingga akhir nya saya menjadi betah dan bahkan memperistrikan orang Aceh,” ceritanya sembari memberikan sedikit tawa.



Menurut Kang Yadhi, semua orang memiliki masalah, namun tidak semua orang bisa menyelesaikan masalah itu. “Semua orang memiliki masalah tersendiri, hidup itu penuh tantangan, melewati ujian untuk menjadi lebih baik karena seorang pelaut itu tidak di ciptakan dari ombak yang tenang,” dengan tenang ia mengungkap kan kata itu dengan kedua mata yang menerawang untuk menyimpulkan kesulitan yang ia alami.


Karena kesabaran dan ketangguhannya, tahun 2012 menjadi puncak karir Kang Yadhi, ia diangkat menjadi kepala cabang Rumah Zakat di Aceh, mengantikan kepala cabang sebelumnya. Ini adalah suatu kesempatan karna ia menegawali pekerjaan ini dari tingkatan yang terendah yaitu sebagaia relawan kemudian karyawan hingga menjadi kepala cabang. Mengalami dari tingkat yang paling bawah hingga saat ini menjadi pembelajaran dengan memahami basic regulasi dan grand value Rumah Zakat itu sendiri, hingga sekarang ia terus melakukan inovasi- inovasi dari kepemimpinan sebelumnya.


Suasana kesibukan di Rumah Zakat yang terlihat dan tak dapat di elakkan karena beberapa kali kang yadhi bangun dari tempat duduk nya untuk menerima paket dari kurir, dan karywan lain nya yang keluar masuk rumah rumah zakat.


Lembaga rumah zakat itu sendiri sudah menjadi lembaga filantropi yang dapat mengelola berbagai sumbagan, zakat, wakaf, dana CSR dari perusahaan- perusahaan, dan aksi- aksi kemanusian. Disamping itu, di Aceh juga terdapat Baitul Mal yang mengelola zakat, persepsi- persepsi negatif dari masyarakat terhadap rumah zakat yang timbul karena di Aceh sudah ada baitul mal sehingga untuk apa lagi ada rumah zakat ?. Menjawab pertanyaan itu Kang Yadhi melakukan cara agar Rumah Zakat bisa terus bertahan dan juga terus mendapatkan kepercayaan masyarakat dengan membangun silaturrahmi dan kerjasama dengan lembaga Baitul Mal.



“Bailtul Mal bukan kopetitor dan ini bukan sebuah kompetisi untuk menjadi yang terbaik tetapi Baitul Mal dan Rumah Zakat harus saling berkerja sama menjadi kontributor untuk membantu masyarakat- masyarakat yang perlu bantuan,” tutupnya.[]

Reporter : Cut Eva Maghfirah, Nur Faqirah
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Kang Yadhi, Dari Relawan Hingga Bos Besar

Terkini

Topik Populer

Iklan