KEWAJIBAN memelihara,
menyantuni dan memuliakan anak yatim hingga usia baligh merupakan salah satu
perintah yang sangat dianjurkan dalam Islam sebagaimana yang telah diajarkan
oleh Rasulullah SAW kepada umatnya.
Pemeliharaan serta
pembinaan anak yatim dalam Islam tentunya tidak hanya terbatas pada hal-hal
yang bersifat fisik saja secara materi seperti kebutuhan makan minum, pakaian
dan tempat tinggal yang layak, tetapi secara umum juga meliputi hal-hal yang
bersifat psikis seperti memberikan pendidikan dan ilmu agama.
Salah satu yang juga
dianjurkan untuk pemberdayaan anak yatim adalah dengan mengajarkan penguasaan
kemampuan atau keterampilan kerja sesuai dengan keahlian/bakat yang dimiliki
dalam menjalani kehidupannya, sehingga ketika usia dewasa kelak bisa mandiri
dan mendapatkan penghasilan dari skill yang dimiliki.
Demikian antara lain
disampaikan Ustaz Dr Fauzi Saleh Lc MA (Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Ar-Raniry) saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat
Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (5/9/2018) malam.
"Ini yang
sekarang mungkin perlu juga menjadi perhatian kita bersama dalam memelihara dan
menyantuni anak yatim ke depan di tengah masyarakat. Selain memberikan santunan
materi secara fisik, perlu juga dilakukan upaya untuk menyiapkan kemampuan
skill dan ketrampilan menurut bakat anak-anak yatim lewat berbagai pendidikan
dan pelatihan yang disiapkan," ujar Ustaz Fauzi Saleh.
Menurutnya,
pemberdayaan anak yatim dengan menyiapkan ketrampilan dalam hidupnya, harus
menjadi prioritas masyarakat dan pemerintah saat ini. Memelihara kini sudah
saatnya juga beralih dari santunan materi semata kepada ketrampilan profesi,
sehingga sebagai bentuk kemuliaannya tidak selamanya anak yatim ini bergantung
pada santunan materi dari sedekah/santunan dari berbagai pihak yang peduli,
tanpa memiliki ketrampilan apa-apa dalam hidup yang mendatangkan penghasilan
sendiri.
"Kalo soal
santunan materi, saya kira kemampuan kita terbatas untuk membantu anak yatim
selamanya sampai usia baligh. Untuk beberapa kali bisa kita beri santunan per
bulan atau per tahun saat bulan Puasa Ramadhan atau Hari Raya Idul Fitri serta
Idul Adha, tapi dengan kemampuan skill yang diajarkan! bisa menjadikan
pemberdayaan selamanya sesuai dengan kecenderungan/bakat anak yatim,"
tegasnya.
Apalagi di zaman
teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini yang memasuki era revolusi
industri 4.0, tanpa kemampuan skill yang dimiliki seseorang akan sangat sulit
bersaing dan mendatangkan penghasilan.
"Karenanya, saya
mengajak kita semua untuk menyantuni dan memelihara anak yatim dengan
menciptakan program pemberdayaan untuk melahirkan ketrampilan skil mereka bisa
pelatihan menjahit, peternakan, pertanian, bengkel, IT, menulis, wirausaha,
serta kemampuan untuk menciptakan semangat enterpreunuership setelah memiliki
keahlian," terangnya.
Dengan ketrampilan
skill tersebut, jika anak yatim ini membutuhkan bantuan modal untuk berusaha,
maka perlu keterlibatan masyarakat dan pihak-pihak terkait termasuk pemerintah
tentunya, untuk membantunya.
Ustaz Fauzi Saleh
juga menyarankan kepada para wali yang memelihara dan mengelola harta anak
yatim agar dapt juga menyiapkan harta yang ditinggalkan orang tua anak yatim
untuk pemberdayaan anak yatim lewat ketrampilan dlm hidup dengn harta yang
ditinggalkan si mayit kepada anaknya.
"Bisa juga dari
harta orang tuanya yang ditinggalkan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan
atau dari bantuan masyarakat, sehingga dengan pendidikan yang didapatkan
melahirkan tenaga trampil untuk menciptakan lapangan kerja sendiri. Tinggalkan
keahlian untuk yatim di zaman jasa saat ini dan pemberdayaan anak yatim
berpindah dari materi ke ketrampilan profesi dan tetap terjaga kehormatannya
dari meminta-minta dan berharap belas kasihan masyarakat," sebutnya.
Ditambahkannya, anak
yatim juga memiliki hak yang sama dengan anak-anak lain seusianya. Mereka
adalah generasi masa depan yang berkualitas. Hari depan umat ini semuanya
tergantung pada mereka. Karenanya, untuk membentuk dirinya menjadi manusia yang
tangguh dalam menghadapi tantangan persaingan pada era globalisasi serta arus
informasi dan komunikasi yang akan datang, hak-hak mereka harus dipenuhi secara
bertahap.
Mendidik anak yatim
dengan baik adalah membimbing dan mengarahkan mereka kepada hal-hal yang baik
lagi bermanfaat, dan memelihara serta memperingatkan mereka agar tidak
terjerumus kepada hal-hal yang merusak.
Pendidikan moral dan
agama anak yatim ini termasuk perkara yang wajib mendapatkan perhatian khusus.
Diharapkan mereka tidak menjadi unsur perusak atau akar kesengsaraan dalam umat
dengan menularkan benih-benih kerusakan akhlak mereka dalam pergaulannya.
Jika seorang anak
ditinggal mati oleh orang tuanya, maka kaum kerabatnyalah yang mengurus
hidupnya. Namun jika mereka tidak memiliki sanak famili, maka pemerintah dan
umat Islamlah yang mengambil alih tugas ini. Mereka tidak hanya bertanggung
jawab untuk merawatnya, namun juga mengurus hartanya. Kelak jika sang anak
yatim telah dewasa, maka hartanya itu diserahkan sepenuhnya kepadanya. Dalam
hal ini, si pengasuhnya itu tidak boleh memakan sedikitpun dari harta si anak
yatim secara zalim.
"Alquran memberikan
tuntunan dengan menunjukkan jalan yang dapat ditempuh seorang muslim dalam
memelihara anak yatim. Hal ini tidak lain agar seorang muslim tidak terjebak
dalam tata cara pengasuhan yang salah dan dapat menelantarkan anak yatim,"
jelasnya.
Ayat-ayat yang
memberikan informasi tentang perawatan diri anak yatim antara lain Surah
Al-Baqarah ayat 220 yang artinya, “Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak
yatim. Katakanlah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah hal yang baik,
dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah
menegetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan
jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
"Merawat anak
yatim dengan baik adalah memperlakukan mereka sebagaimana memperlakukan seorang
anggota keluarga, tidak membedakan mereka dalam hal makanan, minuman, pakaian,
sehingga anak yatim tidak merasa hina dan susah. Dengan bersikap lemah lembut dan
kasih sayang terhadap mereka, mereka akan merasakan sebagaimana kasih sayang
kedua orang tua mereka dan akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda dari
Allah Swt bagi seorang muslim yang mampu melaksanakan kewajiban tersebut,"
pungkasnya.