ORANG beriman, jika mendapatkan doa dari saudara
seiman lainnya untuk kebaikannya, maka tentu saja ia akan merasa senang dan
sangat berterima kasih karena telah didoakan oleh saudaranya.
Seorang anak pun demikian, akan merasa semakin
mantap dan yakin meraih kesuksesan bila mengetahui kedua orangtuanya selalu
mendoakannya setiap saat. Lalu bagaimanakah pula jika seorang beriman mendapat
doanya para Malaikat sebanyak 70 ribu Malaikat?
Jangankan doa Malaikat, mendapat doa dari seorang
ustad atau ulama saja, kita merasa bahagianya tak terkira. Sebab kita yakin
doanya ustad dan ulama yang shahih lagi bersih hatinya, akan dikabulkan oleh
Allah Ta’ala. Lalu sekali lagi bagaimana pula jika yang mendoakan itu adalah
para Malaikat yang jumlahnya hingga 70 ribu? Seperti diketahui, Malaikat adalah
hamba Allah yang ketaatannya tiada banding. Artinya, Malaikat tidak pernah
sekali pun melakukan kemaksiatan kepada Allah.
Ttidak ada orang beriman yang tidak
menginginkan mendapatkan doa dari para Malaikat. Dalam sebuah hadis, Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Tiada seorang muslim pun yang membesuk
saudaranya yang sakit, melainkan Allah mengutus baginya 70.000 malaikat agar
mendoakannya kapan pun di siang hari hingga sore harinya, dan kapan pun di sore
hari hingga pagi harinya.” (Musnad Ahmad 2/110, Syaikh Ahmad Syakir
mengatakan bahwa sanadnya shahih).
Syaikh Ahmad Abdurrahman al Banna dalam syarahnya
menjelaskan, ‘Shalawat malaikat bagi anak Adam ialah dengan mendoakan agar mereka
diberi rahmat dan maghfirah. Sedang yang dimaksud dengan ‘kapanpun di siang
hari’ yakni waktu ia menjenguk.
Jika ia menjenguknya di siang hari, maka malaikat
mendoakannya hingga sore hari dan bila ia menjenguknya di malam hari, maka
malaikat mendoakannya hingga pagi. Oleh karena itu, orang yang berniat
hendaknya berangkat sepagi mungkin di awal siang, atau bersegera begitu malam
menjelang, agar semakin banyak didoakan malaikat.
Dalam hadis yang lain, Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda, “Siapa yang membesuk orang sakit di pagi hari akan
diiring oleh 70 ribu malaikat, semuanya memohonkan ampun untuknya hingga sore
hari, dan ia mendapat taman di jannah. Jika ia membesuknya di sore hari, ia
akan diiring oleh 70 ribu malaikat yang semuanya memintakan ampun untuknya
hingga pagi, dan ia mendapat taman di jannah.” (Musnad Ahmad 2/206, hadits
975. Syaikh Ahmad Syakir menilai hadits ini shahih).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata,
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya pada hari
kiamat Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Hai Anak Adam, Aku Sakit,
tetapi kamu tidak menjengukKu.” Dia berkata. “Wahai Rabb-ku, bagaimana
saya menjenguk-Mu, padahal Engkau adalah Rabb semesta alam?!”
Dia berfirman, “Tidak tahukah kamu bahwa
hamba-Ku, fulan, sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Tidak tahukah kamu jika
kamu menjenguknya, kamu akan mendapati Aku berada di sisiNya.” (Diriwayatkan
oleh Muslim, no. 2569)
Menjenguk orang sakit diperintahkan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Al Bara bin Azib radhiyallahu anhu
meriwayatkan:
“Nabi menyuruh kita tujuh hal dan melarang
kita tujuh hal. Beliau menyuruh kita untuk mengantarkan jenazah, menjenguk
orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang teraniaya, melaksanakn
sumpah, menjawab salam, dan mendoakan orang yang bersin. Dan beliau melarang
kita memakai wadah (bejana) dari perak, cincin emas, kain sutera, dibaj (sutera
halus), qasiy (sutera kasar), dan istibraq (sutera tebal).” (Bukhari
no.1239; Muslim no.2066)
Hadis-hadis yang memerintahkan kita untuk
menjenguk orang sakit, membuat Imam Bukhari membuat “bab Wujubi
‘Iyadatil-Maridh” (Bab Kewajiban Menjenguk Orang Sakit) di dalam kitab shahih
nya.
Imam Ath Thabari menekankan bahwa menjenguk orang
sakit merupakan kewajiban bagi orang yang diharapkan berkah (dari Allah datang
lewat diri) nya, disunnahkan bagi orang yang memelihara kondisinya, dan mubah
bagi mereka.
Imam Nawawi mengutip kesepakatan ulama bahwa
menjenguk orang sakit hukumnya bukan wajib, yakni wajib ‘ain, (melainkan wajib
kifayah).
Selain mendapat keutamaan sebagaimana hadis-hadis
yang disebutkan di atas, menjenguk orang sakit memiliki beberapa manfaat,
diantaranya, pertama, menjenguk orang sakit berpotensi memberi
perasaan dan kesan kepadanya bahwa ia diperhatikan orang-orang di sekitarnya,
dicintai, dan diharapkan segera sembuh dari sakitnya. Hal ini dapat
menentramkan hati si sakit.
Kedua, menjenguk orang sakit
dapat menumbuhkan semangat, motivasi, dan sugesti dari pasien; hal ini dapat
menjadi kekuatan khusus dari dalam jiwanya untuk melawan sakit yang dialaminya.
Dalam dirinya ada energi hebat untuk sembuh.
Ketiga, mencari tahu apa yang
diperlukan si sakit. Keempat, mengambil pelajaran dari penderitaan
yang dialami si sakit. Kelima, mendoakan si sakit, keenam, melakukan
ruqyah (membaca ayat-ayat tertentu dari Al Quran) yang syar’i.
Hadis-hadis yang ada, menyuruh dan mengajurkan
untuk menjenguk orang sakit, baik yang sakit kecil maupun dewasa, anak-anak
maupun orang tua, dari kaum laki-laki maupun wanita. Sakit ringan maupun berat.
Yang sakit terpelajar atau bukan, orang kota maupun desa, pejabat maupun rakyat
jelata, miskin maupun kaya, mengerti makna menjenguk orang sakit ataupun tidak.
Menjenguk orang sakit tetap dianjurkan, bahkan
terkadang, dalam kondisi tertentu menjadi wajib, tanpa melihat bentuk penyakit
tersebut, apakah tergolong parah atau ringan. Hal ini sudah mulai memudar di
antara kita, bahkan seringkali sebagian kita hanya merasa perlu menjenguk
teman, saudara, atau kenalan yang sakit; jika sudah masuk rumah sakit. Sekian
lama terbaring di rumah, hanya sedikit yang menjenguknya.
Apalagi jika penyakit
tersebut digolongkan penyakit ringan. Padahal, nabi shallallahu alaihi wa
sallam menjenguk salah seorang sahabatnya yang ‘hanya’ sakit mata. Sakit mata biasa,
bukan sejenis kebutaan atau penyakit mata berat lainnya!
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, ‘mengenai menjenguk
orang yang sakit mata, bahkan sudah ada hadits khusus yang membicarakannya,
yaitu hadits Zaid bin Arqam, dia menceritakan, ‘Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam menjenguk saya karena saya sakit mata.’ (lihat adabul mufrad, no.532).
Masya Allah, ternyata untuk meraih doa dari 70
ribu Malaikat sangat sederhana, tapi berat terkadang saat mengamalkannya. Jadi,
masihkah kita enggan bila menjenguk saudara kita yang sedang sakit? Jenguklah
saudara kita yang sedang sakit jika kita ingin meraih doa dari 70 ribu
Malaikat, wallahua’lam [Bahron Ansori | Mirajnews.com]