SIAPA yang tak kenal
asal-usul istilah Smong? Istilah Smong berasal dari sebuah
Pulau yaitu Kabupaten Simeulue yang
merupakan salah satu kepulauan yang dimilik Provinsi Aceh berada kurang lebih
150 km dari lepas pantai barat Aceh dengan penghuni sekitar 80.000 jiwa.
Dengan bumingnya kata “Smong” sehingga pulau Simeulue dikenal
oleh dunia. Sebelumnya tidak diketahui oleh banyak orang letak
dan kondisi masyarakat pada pulau tersebut.
Masih terlintas dibenak kita tragedi gempa bumi disusul gelombang besar 13 tahun silam menghantam sejumlah pesisir pantai
Aceh yang spontan menggegerkan dunia.
Mengingat pulau simeulue terletak hanya
sekitar 60 kilometer dari pusat gempa maka secara rasional tentu dampak dari bencana alam tersebut banyak menelan
korban jiwa. Bahkan menurut warga simeulue yang berada diluar daerah pada saat
itu berasumsi bahwa pulau mungil tersebut telah terbenam bersamaan dengan
terjangan ombak besar maha dahsyat itu. Namun sebaliknya tidaklah seperti
perkiraan.
Dengan izin Allah SWT, meskipun kerusakan
sarana dan prasarana, kehilangan harta dan benda sama besarnya dengan wilayah
lain yang terkena gelombang ombak besar tersebut, akan tetapi korban jiwa
tidaklah seperti yang diperkirakan. Sekitar Delapan orang yang meninggal dunia
akibat dari bencana besar tersebut.
Penyebaran cerita smong bermula pada tahun
1907 terjadi melalui cerita lisan (nafi-nafi nasehat ) dan nyanyian ( Nandong
dan Buai) secara turun temurun di lakukan,yang pada Akhir nya membangun memori
kolektif selama 97 tahun (dari tahun 1907 s/d 2004), mulai dari
kakek,nenek,Ayah,ibu yang menceritakan kepada cucu dan anak-anaknya menjelang
tidur.
Penyampaian pengetahuan tersebut diajarkan kepada
setiap generasi melalui syair atau puisi yang tidak terexsplesit (terdokumentasi secara sistematis), namun disampaikan
secara spontan melalui lisan, syair-syair tersebut jika dalam bahasa simeulue
disebut nanga-nanga dan nandong.
Lirik
Nanga-nanga biasa ditransfer dengan alunan lagu saat menidurkan anak kecil
mereka dalam ayunan sampai anak tertidur.
Sementara lirik nandong
biasa ditransfer melalui acara-acara formal dan/atau non-formal. Kalau nandong pada acara formal seperti saat
pernikahan dan khitanan anak baik dengan bantuan media alat tradisional tabuh
gendang.
Berikut beberapa potongan syairnya :
Kedang-kedang mo bubuk: (pukul-pukul mu petir)
Wak-wak mo linon : (ayun-ayun mu
gempa)
Dumek-dumek mo smong : (mandi-mandi mu gelombang)
Syair tersebutlah yang menjadi sistem peringatan dini secara tradisional
oleh masyarakat semulue dalam kesiapsiagaan untuk menghadapi ancaman tsunami
yang diajarkan secara terus-menerus dari generasi ke generasi.
Jadi tidak heran jika tragedi tsunami pada tahun 2004 pada pulau tersebut
tidak banyak memakan korban jiwa, sebab masyarakatnya telah dibekali
pengetahuan kearifan lokal melalui kata sandi Smong.
Dari kearifan lokal itulah tidak sedikit peneliti dari dalam dan luar
negeri tertarik menggali sistem peringatan dini secara kultural pada daerah
tersebut dan diperkenalkan kepada dunia sehingga jika Jepang punya nama Tsunami
maka Pulau Simeulue punya nama Smong.
Sampai sekarang kata smong sudah tak asing lagi di kalangan masyarakat
simeulue bahkan sudah mendunia,smong sudah menjadi suatu budaya khususnya di
kabupaten Simeulue.
Budaya smong sudah menjadi suatu simbol dalam masyarakat simeulue yang
selalu turun temurun diperkenalkan pada generasi muda ke depanya. ketika smong
datang masyarakat simelue berlomba lomba mencari tempat daratan yang lebih
tinggi agar tidak terkena oleh smong.dan Sampai saat ini kata budaya smong sebagai
budaya penyelamat manusia dari ancaman tsunami.
Dan sekarang kata Smong sudah di masukan dalam Bahasa Indonesia,karena air
banjir dari laut itu Cuma ada namanya Tsunami (Bahasa Jepang) dan Bahasa Smong (Bahasa
Indonesia) yang di adobsi dari Bahasa Simeulue.
Cerita Smong juga mengantarkan film
Dokumenter terbaik 2015 menceritakan tentang smong dengan judul ’NYANYIAN 1907’
kemudian di akui oleh dunia melalui penghargaan Sasakawa Award.
Penghargaan ini diberikan oleh masyarakat dunia melalui ISDR (International
Strategy for Disaster Reduction) kepada masyarakat kabupaten Simeulue. Penghargaan
tersebut adalah kekuatan budaya smong sebagai system peringatan dini tsunami
sampai saat ini.[Indirwan]