Foto : Google |
MENDENGAR kata pemuda, pasti akan muncul
dibenak kita bahwa pemuda itu identik
dengan kenakalan, susah diatur, pembuat onar, dan juga masih banyak pemikiran
negatif lainnnya. Namun memang pada
dasarnya kata pemuda atau remaja sendiri berasal dari bahasa
arab yaitu murohaqo, dan dalam bahasa ingrish disebut teenagers,
arti dari kata murohaqo sendiri
bermakna: dungu, bodoh, dzolim, dan gemar melakukan kesalahan.
Sehingga muncullah asumsi bahwa semua pamuda atau remaja itu sama.
Pemuda dianggap sebagai pembuat onar, karna dalam lingkungan yang menjadi
tempat kita bernaung memperlihatkan kenyataan bahwa pemuda itu pembuat onar dan
juga kerusuhan. Jika dikaitkan dengan agama maka akan kita temukan ayat dan
hadist yang menyatakan bahwa remaja itu didefinisikan dengan hal-hal yang
buruk. Ketika orang tua mendidik anak-anaknya dengan baik maka akan tercetak generasi
yang baik pula. Sebaliknya dengan mendidik anak-anak ke pesantren contohnya
akan membantu menciptakan akhlak yang baik pada diri mereka.
Dalam kebiasaan remaja yang baru mengalami masa pubertas (masa
peralihan) biasanya identik dengan kenakalannya. Dimasa ini para remaja mulai
belajar memahami perasaannya, mulai berdekatan dengan lawan jenis dan sehingga
tak jarang diantara sebagian mereka ada yang berbuat tidak senonoh karna
kurangnya perhatian dari keluarga. Disini
pun peranan orang tua sangat penting, orang tua bukan hanya memberika kebebasan
bagi sang anak untuk berbuat sesuka hatinya tanpa adanya pantauan dari orang
tua.
Di zaman yang serba moderen ini banyak hal yang bisa dilakukan oleh
para pemuda, dengan gadged, semua yang ingin diakses langsung bisa didapatkan
tanpa harus bersusah payah mencarinya. Namun sebaliknya gadged juga bisa
memberikan dampak negatif jika menggunakannya pada tempat yang tidak sesuai.
misalnya mangakses tontonan yang tidak berpendidikan dan lain sebagainya.
Seorang pemuda yang tahu akan agama, mereka tidak akan melakukan
apa yang telah dilarang oleh Allah. Namun sebalinya jika pemuda tidak kurang
pengetahuan akan agama, mereka akan melakukan apapun yang mereka anggap benar.
Zaman ini, zaman yang disebutkan Nabi bahwa ini adalah zaman yang
terakhir, dimana telah berlalu tiga zaman yakni zaman kenabian, zaman khulafaur
rasyidin, zaman
panguasa “mangigit” dan sekarang ini kita berada pada zaman yang terakhir yaitu zaman pemimpin yang dzolim.
Sesungguhnya Allah telah menceritakannya didalam Al-qur’an dalam
surah Al-ma’arij ayat 19-20, artiya :
“Sungguh manusia diciptakan suka mengeluh. Apabila ia ditimpa
kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan ia menjadi kikir” (QS Al-Ma’arij ayat 19-20).
Ayat tersebut dapat kita simpulkan bahwa semua pergerakan manusia
di bumi ini telah Allah tentukan melalui ayat-ayat yang telah Allah turunkan.
Perkembangan zaman memang tidak bisa kita batasi, sekarang zamannya
media sosial, Fecebook misalnya. Media sosial ini kerab kaitannya dengan
pemuda, kenapa? Tentu kita memeprtanyakannya. Kita lihat pemuda sekarang berlomba-lomba
membuat akun facebook agar terlihat keren dimata teman-temannya. Namun,
siapa sangka pengaruh lingkungan bisa menghipnotis pemuda zaman now (sekarang)
tidak berhenti di satu media facebook saja, melainkan banyak sosial media
lainnya yang mampu mengajak pemuda untuk bergabung dan berleha-leha di dalamnya.
Nabi Muhammad SAW. berpesan kepada pemuda : Wahai anak muda, aku
akan mengajarkanmu beberapa kalimat : Jagalah Allah, niscaya dia akan menjaga
kamu, jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati dia dihadapanmu. Jika kamu
minta, mintalah kepada Allah. Jika kamu minta tolong, mintalah tolong juga
kepada Allah. Katahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan,
maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan
untuk dirimu. Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan sesuatu yang
membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah
Allah tetepkan untuk dirimu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran
telah kering.
Mengelola masa muda agar mamiliki karakter kuat dalam beragama,
merupakan suatu perjuangan yang tidak mudah dan sederhana. Sebab pertentangan
yang paling berat dan sulit serta menantang dalam fase kehidupan kita adalah menundukkan masa muda untuk tumbuh dalam beribadah kepada Allah.
Dorongan kebaikan dan keburukan masing-masing sama kuatnya, semakin sering kita
kalah dalam menghadapi godaan, maka seperti itulah akhir kehidupan kita.
Semakin sering kita menang dalam pertarungan melawan musuh internal dan
eksternal (nafsu), akan seperti itulah akhir kehidupan kita.
Itulah sebabnya mengapa Rasulullah menyebutkan di antara tujuh
golongan yang memperoleh naungan pada hari tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya pada hari kiamat
adalah pemuda yang tumbuh dalam kerangka beribadah kepada Allah Subhanahu
wata’ala. [Ella Fitriana | Mahasiswi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Ar-Raniry Banda Aceh]