FOTO : Facebook Aufiq Rimba | warga Cot Bayu melintasi genangan banjir untuk berbelanja kebutuhaan hidup |
HAMPIR tiga kali dalam setahun Desa Cot Bayu yang terletak di Kecamatan Trumon Tenggah Kabupaten Aceh Selatan di landa Banjir. Tak hanya Banjir yang berasal dari derasnya curah hujan yang menguyur daerah tersebut namun juga dipicu adanya banjir kiriman yang berasal dari luapan air bandang di Daerah Kutacane dan Singkil. Desa Cot Bayu merupakan salah satu desa terisolasir, desa ini sering dijuluki desa Tran sebab berada di pedalaman dan dikelilingi perkebunan kelapa sawit.
Jika ingin keluar ke jalan lintas Nasional, maka masyarakat Cot Bayu harus menempuh jarak lebih kurang 1 kilo meter dan melewati jembatan besi.
Banjir yang melanda desa ini memiliki ketinggian mencapai 2 meter bahkan lebih, jalan aspal digenang air, jembatan besi penghubung desa Cot Bayu dan Jambo Papen lumpuh terendam banjir bahkan perkebunan sawit dan perumahan warga juga ikut terendam bahkan mencapai atap rumah.
Bagaimana Keadaan Masyarakat?
Didesa ini, tidak semua perumah warga terendam banjir hanya rumah-rumah yang berada didaratan redah saja, dimulai dari jarak 20 kilo meter mendekati jembatan dibawahnya mengalir deras air sunggai yang sejalur dengan sungai Singkil dan Kutacane. Sebagian besar warga yang rumahnya terendam banjir memilih sarana alternatif untuk mengungsi kerumah tetangga atau balai desa yang berada didaratan lebih tinggi. Meskipun demikian banjir yang melanda sangat berdampak besar bagi seluruh warga Cot Bayu.
Rintangan yang Dihadapi
Banjir dari luapan air sunggai tersebut memberikan banyak ancaman bagi masyarakat, diantaranya, masyarakat terancam perekonomiannya. Masyarakat Cot Bayu mayoritasnya sebagai petani jagung dan kelapa sawit, kerugian akibat banjir sudah menjadi resiko mereka yang hidup di daratan redah, tanaman jagung menjadi rusak bahkan terancam gagal panen akibat rendaman air banjir, kelapa sawit yang mulai berbuah pasir mengalami masa penundaan panen, bahkan buah sawit yang siap dipanen harus menjadi brondolan yang hanyut disapu banjir.
Dilihat dari segi letak desa Cot Bayu ini berada di pedalaman yang jaraknya 1 kilo meter dari jalan raya. Kondisi saat ini membuat masyarakat kesusahan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti panggan, sandang dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Anak-anak diliburkan sekolah, didesa cot bayu memiliki satu unit fasilitas Sekolah Dasar (SD) UPT III Cot Bayu, saat banjir tiba, rumah sekolah ini direndam banjir sehingga anak-anak murid diliburkan sekolah. Tidak jarang mereka libur bahkan sampai dua minggu atau lebih, hal ini disesuaikan sampai keadaan kembali normal. Sedangkan untuk siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Keatas (SMA) yang sekolah berada di pusat kota atau diluar desa Cot Bayu, ada yang memilih mengungsi dirumah guru atau sanak saudaranya bahkan ada yang tidak mengungsi atau meliburkannya saja.
Terancam kesehatan dan binatang melata berkeliaran, banjir tidak hanya mengenangi pemukiman warga ternyata juga memberikan wabah penyakit bagi masyarakat, tak jarang banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami gatal-gatal karena genangan air banjir yang mengeluarkan bau amis, kemudian genangan air banjir juga mendatangkan banyak nyamuk sehingga banyak warga yang terkena penyakit malaria. Dan ada kejadian ditemukan ular piton berbisa terapung digenangan banjir, untung saja binatang melata itu sudah mati.
Masyarakat melewati banjir yang mengenangi jalan aspal dengan ketinggian 1,5 meter atau sebahu orang dewasa dengan memegang tali pengaman yang sudah dipasang oleh warga untuk melintasi derasnya air banjir agar tetap aman dan selamat sampai seberang.
Jika sudah mendekati sungai, mereka menggunakan spitboat untuk menyembarangi sungai dengan biaya operasional Rp.5000, sementara jembatan yang biasanya mereka lewati sudah tidak terlihat lagi kepala jembatannya digenangan air.
Harapan Masyarakat
Susahnya menghadapi situasi dilanda banjir, mulai dari tergenangnya permukiman rumah warga sehingga diharuskan mengungsi, perkebunan mengalami gagal panen hingga masyarakat harus berjuang melintas derasnya air banjir dengan berjalan kaki sambil memegang tali pengaman untuk dapat keluar ke pusat kota membeli kebutuhaan hidup.
Sangat besar harapan masyarakat Cot Bayu agar pemerintah peduli dengan keadaan mereka.
Saat dihubungi tim wasatha.com, kepada salah satu masyarakat desa tersebut Baharuddin mengungkapkan untuk menghindari banjir itu mustahil karena ini sudah kehendak Allah, “Setidaknya pemerintah bisa memperhatikan bagaimana kondisi kami yang terkepung banjir ini, mau keluar untuk cari beras saja susah, ya harapan kami semua, ditambahlah fasilitas spitboadnya dan jembatan besi penghubung desa cot bayu ke Jambo Papen itu ditinggikan lagi, setidaknya jika banjir kami bisa melintasnya tanpa harus menyembarngi sunggai” ungkap Baharuddin warga desa Cot Bayu.
*Inda Silviana, mahasisw Fakultas Dakwah & Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, juga sebagai warga Asal Cot Bayu, Trumon Tengah, Aceh Selatan.