FOTO : FORSIMAS |
RENCANA kunjungan
saya ke Kamboja sudah bergulir dua tahun lalu. Sebab negara ini salah satu
negara ASEAN sekaligus
menjadi negara anggota Forum Silaturrahim Kemakmuran Masjid Serantau
(Forsimas).
Konferensi masjid
internasional yang digagas Forsimas sudah berlangsung yang keenam kali mulai
Banda Aceh, Jakarta, Malaysia, Thailand dan Brunei.
Itulah sebabnya kunjungan
kami 10 orang asal Aceh yang dikemas dengan program Safari Ramadhan bertujuan
mengetuk pintu organisasi agama Islam dan pemerintah Kamboja untuk bersedia menjadi tuan rumah
Konferensi Internasional Masjid pada tahun mendatang.
Agenda yang disusun bersama
Forsimas Malaysia antara lain memenuhi undangan berbuka puasa bersama Perdana
Menteri Kamboja Hun Sen. Hari berikutnya
bersilaturrahmi ke perkampungan muslim Chuk Kanhah kampong Chhnang, sekaligus
shalat jumat di masjid Nurul Huda, juga berkesempatan silaturrahmi dengan Mufti
Kamboja.
Beruntung, perwakilan
Fosimas Kamboja Umie Kalsum Husen menempatkan kami di sebuah penginapan Boeung
Meas persis di depan Masjid Raya “Jamik Al Serkal” termegah di tengah kota
Phnom Penh.
Dengan demikian kami bisa
shalat berjamaah setiap waktu dan tarawih selama kami berada di Kamboja. Meski
muslim di Kamboja minoritas hanya sekedar lima persen, namun suara azan tetap
bergema lewat menara-menara masjid di saat memasuki waktu shalat, apalagi di
bulan Ramadhan seperti yang kami rasakan.
Muslim Kamboja boleh bangga
dengan kemegahan Masjid Al Serkal yang telah siap dibangun dalam dua tahun
terakhir. Dibangun di atas lahan sekitar 2 hektar di tengah kota Phnom Penh di
kawasan Boeng Kak dengan gaya masjid Turki Usmani.
Dulu di tempat ini
merupakan danau yang kemudian ditimbun untuk lokasi masjid. Dibangun oleh pengusaha dari Uni Emirat Arab
Eisa bin Nasser bin Abdullatif Alserkal dengan dana mencapai US $ 2,9 juta,
sedangkan dari pemerintah Kamboja menyumbang sebesar US$ 400.000 sebagai bentuk
perhatian kepada ummat muslim.
Masjid Raya “Jamik Al Serkal” |
Masjid Al Serkal ini
diresmikan oleh Perdana Menteri Hun Sen yang dihadiri oleh lebih 1000 ummat
Islam yang menjadi catatan sejarah penting terhadap perkembangan Islam di Kamboja.
Selain menjadi pusat keislaman di Kamboja, juga menjadi objek wisata menarik
bagi turis yang datang ke negara yang terkenal dengan pagoda ini. Luas masjid
ini sekitar 35 x 35 meter persegi yang bisa menampung sekitar 1.500 jamaah.
Saya bersama Prof Dr Rusydi
Ali Muhammad (Direktur Pascasarjana UIN Ar Raniry) dan Dr T. Fadrial Kamil (Unsyiah)
sempat bersilaturrahmi dengan imam besar masjid asal Yaman dan para jamaah usai
shalat tarawih malam ke 20.
Jamaah shalat isya dan tarawih sekitar 250 orang
sedangkan shalat shubuh
tidak lebih dari 70 jamaah. Salah seorang mengaku tertarik dengan Aceh karena pernah
membaca sejarah bahwa suku Aceh ada hubungannya dengan suku Champa dari Kamboja. [ Catatan Perjalanan Basri A. Bakar dari Kamboja]