ISLAM adalah agama kolektif yang mewajibkan setiap umatnya untuk selalu berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran sebagai
bagian dari ibadah dalam kehidupan sehari-hari dengan amar makruf nahi munkar
yang dilakukan secara berjamaah. Karena manusia sebagai makhluk sosial, tidak
bisa hidup sendiri tanpa tolong menolong antar sesama, terlebih dalam kebaikan
dan takwa.
Allah tidak
membenarkan hambanya bersikap egois dengan mementingkan diri sendiri yang
berbuat amal saleh dan kebaikan hanya cukup untuk dirinya sendiri, lalu
bersikap cuek dan mengabaikan sesama muslim yang masih bermaksiat dan berbuat kemungkaran
di sekitarnya.
Berdakwah, amar
makruf nahi mungkar, mengajak manusia menuju kepada kebaikan dan mencegah
mereka dari kemungkaran menjadi tugas dan tanggung jawab bersama. Bahkan ia
menjadi syarat mutlak umat ini disebut sebagai khairu ummah.
Dalam kondisi seperti ini, Allah
menyerukan kepada kita setiap muslim untuk mengambil kedudukan muslihun sebagai
posisi penyelamat umat yaitu orang-orang yang berbuat kebaikan untuk dirinya
dan juga orang lain.
Demikian antara
lain disampaikan Ustaz Ahmad Rizal, Lc MA (Imam Besar Masjid Jamik Lueng Bata,
Banda Aceh) saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam
(KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (3/5/2017) malam.
"Kita harus saleh dan muslih. Tidak cukup hanya saleh dia
kepada Allah saja, tapi juga muslih kepada sesama manusia.
Jadilah muslihun, yaitu orang-orang yang tidak hanya beramal saleh sendiri,
tetapi juga sekaligus mengajak orang lain untuk berbuat kesalehan dan
mengingatkan orang lain agar tidak terjatuh ke dalam kemaksiatan dan
kemungkaran," ujar Ustaz Ahmad Rizal.
Ditambahkannya, sebagai manusia
muslih, banyak kewajiban terhadap sesama yang mesti dikerjakan. Baik terhadap
anggota keluarganya, maupun masyarakat sekitarnya. Sebenarnya orang yang hanya
memikirkan kesalehan pribadi telah memanipulasi kesalehan itu sendiri. Ia tidak
memahami hakikat kesalehan dan makna ibadah dengan sebenar-benarnya.
Karena pribadi
mukmin yang muslih, adalah pribadi yang hatinya terluka ketika melihat
kemaksiatan orang-orang di sekitarnya. Hatinya tercabik melihat kemungkaran dan
berbuat dosa yang merajalela, dan hatinya terkoyak menyaksikan berbagai
kesyirikan dalam tubuh umat ini. Sehingga ia melakukan perbaikan dengan beramar
makruf nahi munkar untuk menyelamatkan saudara-saudaranya. Kepekaan seperti
inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Kehadiran
orang-orang muslih ini juga sebenarnya menjadi penyelamat bagi umat manusia
dari kemurkaan Allah. Karena, tidak ada yang dapat
menjaga keamanan suatu negeri dari azab Allah melebihi orang muslih dan dai
yang senantiasa mengajak berbuat baik dan perbaikan umat di muka bumi.
Hal ini
sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Hud ayat 117 yang artinya:
"Dan
Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang
penduduknya orang-orang yang berbuat dan mengadakan perbaikan,"
Orang-orang
muslih ini dalam kehidupannya melakukan perbaikan umat lebih mengutamakan
akhlak yang baik dengan keluarga, orang tua dan masyarakat.
Seorang
muballigh, misalnya akhlak tidak hanya saat ceramah. Jangan ketika ia
menyampaikan ceramah kewajiban suami istri, tapi di rumah tiap hari ribut dan
kasar dengan istri dan anaknya. Begitu juga ketika ceramah tentang berbakti
kepada orang tua, tentu juga jangan sampai berprilaku tidak baik kepada orang
tua.
"Jangan
sampai kita sebagai penyeru kebaikan, mengatakan yang tidak perbuat. Jangan hanya baik waktu ceramah, tapi tingkah laku
sehari-hari di rumah dengan keluarga atau di masyarakat tidak seperti itu. Jangan sampai di luar baik, tapi di dalam tidak,"
terang alumni Universitas Al Azhar Kairo Mesir ini seraya menambahkan, sehebat
dan secantik apapun seseorang, nol nilainya tanpa akhlak.
Pada pengajian
yang turut dihadiri Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, H. Mulyadi Nurlin,
Lc, MH dengan tema “Kewajiban Menjadi Orang-Orang yang Muslih”, Ustaz Akhmad
Rizal juga menyampaikan bagaimana Nabi Muhammad SAW sebagai sebagai contoh
manusia yang Salih dan Muslih sehingga patut menjadi tauladan bagi seluruh umat
manusia.
Baginda Nabi
Muhammad Saw sebelum diutus begitu dicintai oleh kaumnya karena dirinya adalah
manusia yang saleh. Namun, setelah diutus sebagai Rasul dan menjadi seorang
muslih. Muslih disini dapat diartikan sebagai seorang yang reformis atau orang
yang membawa perubahan.
Ust. Ahmad
Rizal menceritakan, para sahabat mengetahui bagaimana mulianya akhlak
Rasulullah saat berada di luar rumah ataupun di tengah-tengah masyarakat.
Namun, para sabahat ingin mengetahui bagiamana akhlak beliau ketika berada di
rumah.
Untuk mengetahui
hal tersebut, sahabat mendatangi rumah Rasulullah dan menjumpai Ummul Mukminin,
Aisyah RA dan menanyakan bagaimanakah akhlak Rasulullah saat berada di rumah.
Aisyah menjawab, “Akhlak Rasulullah SAW adalah Al Quran".
***
Bergabunglah di Komunitas Paytren bersama Ustadz Yusuf Mansur | Klik di sini
***
Bergabunglah di Komunitas Paytren bersama Ustadz Yusuf Mansur | Klik di sini