ASAP langsung mengepul dan
diikuti bau harum berbagai rempah langsung tercium saat tutup panci besar
berisi kuah soto itu dibuka.
Kuah kuning dengan kaldu yang mengilap dipermukaannya dan kaya akan rempah itu dituangkan ke mangkuk yang sudah berisi potongan daging ayam dan ditaburi daun seledri.
Sangat simpel, namun harumnya berhasil membuat siapa saja merasa keroncongan.
Itulah soto legendaris yang terletak di Warung Kopi C’Wan Jalan Lamreung, Simpang 7, Ulee Kareng, Banda Aceh, atau dikenal dengan nama soto Cek Wan.
Kuah kuning dengan kaldu yang mengilap dipermukaannya dan kaya akan rempah itu dituangkan ke mangkuk yang sudah berisi potongan daging ayam dan ditaburi daun seledri.
Sangat simpel, namun harumnya berhasil membuat siapa saja merasa keroncongan.
Itulah soto legendaris yang terletak di Warung Kopi C’Wan Jalan Lamreung, Simpang 7, Ulee Kareng, Banda Aceh, atau dikenal dengan nama soto Cek Wan.
Jam makan siang memang saat-saat
ramainya pengunjung, dengan sangat cekatan Pak Safwan atau yang akrab disapa
Cek Wan dan rekannya Pak Din menyiapkan mangkuk demi mangkuk pesanan soto.
Layaknya cheff yang sudah sangat piaway, dengan gerakan yang sangat cepat daging ayam diiris dan dimasukkan kedalam mangkuk, ditambahkan daun seledri yang sudah di cincang dan disiram dengan kuah soto yang sangat menggugah selera.
Layaknya cheff yang sudah sangat piaway, dengan gerakan yang sangat cepat daging ayam diiris dan dimasukkan kedalam mangkuk, ditambahkan daun seledri yang sudah di cincang dan disiram dengan kuah soto yang sangat menggugah selera.
Selanjutnya soto yang masih panas
dihidangkan dengan nasi putih yang juga masih panas, dan dilengkapi dengan
kecap manis, jeruk nipis, cabai rawit gilling, bawang goreng dan tempe goreng. Tersajilah
satu hidangan yang komplit dan sangat enak untuk makan siang.
Soto yang sudah ada sejak tahun
1983 itu masih bisa mempertahankan eksistensinya hingga saat ini bukan hanya
karena rasanya yang enak tapi juga bebas penyedap, yang saat ini sangat sulit
ditemukan.
“Ini yang banyak pakek gula pasir,”
tegas Pak Din meyakinkan bahwa sotonya tidak menggunakan penyedap buatan, tapi
hanya menggunakan gula pasir sebagai penyedap.
Pantas saja, warung yang
kira-kira berukuran 12x10 meter itu menurut pengakuan Pak Din tidak pernah
sepi pengunjung.
“Yaa.. biasanya nggak pernah
putus,“ ucap Pak Din sambil terus menyiapkan soto untuk pelanggannya. Mereka
buka setiap hari mulai pukul 09.00 – 17.00 WIB dan selalu ramai. Mulai dari
pengunjung yang datang sendiri sampai rombongan keluarga.
Warung dengan nuansa warna coklat
dari warna alami kayu, kursi kayu yang juga dengan warna alaminya dan dua kipas
angin yang ditempelkan di dinding bagian atas terlihat sangat sederhana bila
dibandingkan dengan kafe-kafe anak muda yang baru bermunculan.
Namun rasa soto yang sudah berumur kurang lebih 34 tahun ini yang memang enak dan sehat karena bebas penyedap masih berhasil mencuri hati pelanggan dari yang muda hingga orang tua.
Terlihat pengunjung dari berbagai usia memenuhi warung untuk menikmati soto sehat Cek Wan dan Pak Din. Ada juga yang sedang mengantri.
Namun rasa soto yang sudah berumur kurang lebih 34 tahun ini yang memang enak dan sehat karena bebas penyedap masih berhasil mencuri hati pelanggan dari yang muda hingga orang tua.
Terlihat pengunjung dari berbagai usia memenuhi warung untuk menikmati soto sehat Cek Wan dan Pak Din. Ada juga yang sedang mengantri.
Resti, salah satu pengunjung yang
baru pertama kali merasakan soto Cek Wan ini mengaku puas dengan soto tersebut.
Menurutnya porsi yang disajikan sangat pas dan ia juga merasa aman karena tidak
menggunakan penyedap rasa.
“Porsinya pas, terus gak ada penyedapnya jadi yakinlah bakal
aman,” ujar Resti sambil terus menikmati sotonya.
Ia juga mengatakan bahwa soto ini
tidak hanya enak dan sehat namun juga cukup murah, apalagi untuk kalangan
mahasiswa. Harganya hanya Rp. 12.000 per satu porsi soto dengan nasi putih.
Menurut penjelasan Cek Wan,
sebelum Tsunami soto ini berlokasi di Jalan
Tgk. Chik Pante Kulu, Pasar Aceh, dan setelah Tsunami barulah mereka pindah ke
tempat yang sekarang ini, yaitu Warung Kopi C’wan Ulee Kareng.
Perpindahan lokasi tidak membuat Soto Cek Wan ini kehilangan pelanggan. Apalagi disaat jam makan siang warung tersebut akan dipenuhi berbagai kalangan. [Nanda Putri] / TEK
Perpindahan lokasi tidak membuat Soto Cek Wan ini kehilangan pelanggan. Apalagi disaat jam makan siang warung tersebut akan dipenuhi berbagai kalangan. [Nanda Putri] / TEK