[FOTO : wasatha.com/Rinaldi]
CUT Nyak Dhien merupakan sosok pahlawan perempuan Aceh yang
sangat gigih mempertahankan tanah Rencong, demi melawan para penjajah dari
bangsa luar.
Jejak
perjalanan perjuangan srikandi tanah Rencong ini masih sangat terlihat jelas di
rumah peninggalannya.
Sasana yang
beralamat di jalan Banda Aceh – Meulaboh, Desa Lampisang, kecamatan peukan
Bada, Kabupaten Aceh besar, masih berdiri kokoh, dan sudah dijadikan sebagai
sasana budaya.
“Cut Nyak
Dhien memang pernah berada di daerah Lampisang,” kata salah seorang penjaga
replika rumah ini.
Rumah ini
menghidupkan kembali kenangan bukti perjuangan Cut Nyak Dhien terhadap Aceh.
Lebih dari sekedar nama, beliau telah mewariskan epik yang membanggakan, sebuah
pragmen sejarah yang patut dikenang ulang dan dijadikan lambang sebuah
perjuangan yang panjang.
Rumah yang menjadi
kediaman Cut Nyak Dien dan Teuku Umar itu didirikan oleh pihak Belanda
sebagai bentuk apresiasi atas bergabungnya sang suami dengan Belanda,
padahal hanyalah siasat perang Teuku Umar belaka.
Rumah
berukuran 25 x 15 meter, saat ini hanyalah replika, aslinya sudah dibumi
hanguskan Belanda setelah tahu siasat Teuku Umar,” jelas Asiah yang
merupakan pemandu dan juru kunci sasana tersebut.
Replika pun
dibangun kembali pada tahun 1981 dan selesai setahun kemudian. Dengan dominasi
cat hitam, rumah itu tampak sama dengan rumah tradisional Aceh kebanyakannya, ditambah sanggahan 65 pilar serta atap rumbia dengan kontruksi bangunan
kayu. Tangga utama berjumlah ganjil terletak disebelah kanan rumah,
menghubungkan setiap pengunjung masuk dengan seuramoe rambat.
Kemudian kita
melangkahkan kaki melewati 2 anak tangga, di sisi kanan seuramoe rambat
tampaklah sebuah ruangan memajang gambaran kisah perjuangan Aceh melawan
Belanda dalam bentuk pencitraan foto yang merupakan hadiah dari pihak belanda
setelah indonesia memperoleh kemerdekaan.
Ada dua kamar
diruang tengah, lengkap dengan tempat tidur khas Aceh yang dulunya ditempati
oleh para dayang Cut Nyak. Disisi kiri seuramoe rambat adalah kamar dari Cut
Nyak Dien. Terkesan bangsawan pada masanya, kamar juga lengkap dengan asoe kama
khas Aceh. Kini dapur pun dihiasi dengan pajangan berbagai senjata tradisional
khas Aceh.
Situs cagar
budaya ini menjadi salah satu tujuan wisatawan yang ingin mendalami tentang
sejarah perjuangan Cut Nyak Dhien dan sejarah Aceh yang cukup panjang secara
keseluruhan.
Selain itu, disekitaran komplek sasana ini juga terdapat sejumlah toko makanan khas Aceh. Harga di tempat ini relatif lebih murah di bandingkan dengan di Banda Aceh.
Ayo, kunjungi rumah Cut Nyak Dien Lampisang, Aceh Besar sekarang. [M.Rinaldi] / Tek