![]() |
Gambar oleh freepik.com |
Mekah - Jumlah Jemaah haji Indonesia yang terserang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Tanah Suci terus meningkat.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) per 19
Mei 2025, tercatat sebanyak 1.167 jemaah haji telah terinfeksi ISPA. Lonjakan
kasus ini terjadi di tengah kondisi suhu ekstrem yang mencapai 46 derajat
Celcius di Makkah, disertai kelembaban rendah dan padatnya jumlah jemaah di
berbagai titik ibadah.
Kondisi tersebut tidak hanya berdampak secara medis,
tetapi juga menjadi tantangan besar secara fisik dan mental bagi para jemaah,
khususnya lansia dan mereka yang memiliki penyakit penyerta. Selain risiko
penularan penyakit, jemaah juga menghadapi tekanan akibat berdesakan, stres
karena kerumunan, serta potensi dehidrasi dan kelelahan.
Situasi ini mendorong perlunya evaluasi menyeluruh
terhadap sistem persiapan haji, khususnya dalam aspek edukasi kesehatan. Selama
ini, pelatihan manasik haji memang telah memuat materi terkait kesehatan,
termasuk pelatihan yang disiapkan oleh Kemenkes. Namun, penerapannya di
lapangan sering kali dianggap sebagai pelengkap, bukan prioritas utama.
Penguatan edukasi kesehatan kepada jemaah haji dinilai
perlu dilakukan secara lebih integratif melalui pendekatan keagamaan. Dakwah
kesehatan diharapkan mampu menyentuh aspek spiritual agar lebih efektif dan
diterima oleh para jemaah.
Penguatan edukasi kesehatan juga memerlukan kerja sama
lintas kementerian. Pemerintah didorong untuk memperkuat kolaborasi antara
Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Kesehatan dalam menyusun materi
edukatif yang relevan, aplikatif, dan mudah dipahami oleh seluruh kalangan
jemaah.
Pembekalan kepada para pembimbing ibadah juga dianggap
penting. Mereka diharapkan tidak hanya memahami aspek fiqih ibadah haji, tetapi
juga memiliki pengetahuan dasar tentang kesehatan agar mampu menyampaikan
pesan-pesan preventif secara persuasif.
Salah satu contoh pentingnya edukasi yang tepat adalah
terkait penggunaan masker. Dalam kondisi normal, masker sangat efektif untuk
mencegah penyebaran penyakit seperti ISPA, terutama di tempat-tempat ramai.
Namun, saat berada dalam kondisi ihram, jemaah laki-laki dilarang menutup
wajah, termasuk menggunakan masker.
Hal ini menunjukkan bahwa edukasi kesehatan tidak bisa
disampaikan secara umum saja, melainkan harus disesuaikan dengan ketentuan dan
tahapan ibadah yang dijalankan oleh jemaah.
Para pakar kesehatan dan ulama sepakat bahwa menjaga
kesehatan selama ibadah haji merupakan bagian dari bentuk ketakwaan kepada
Allah SWT. Aktivitas seperti berwudhu bukan hanya sarana untuk bersuci secara
ritual, tetapi juga praktik higienitas yang bermanfaat bagi tubuh.
Dengan pemahaman ini, diharapkan para jemaah dapat
lebih sadar bahwa memelihara kesehatan selama berhaji merupakan bagian dari
tanggung jawab spiritual. Edukasi yang menyatukan unsur medis dan religius
menjadi penting dalam menciptakan ibadah haji yang lancar, aman, dan sesuai
tuntunan syariah.[]