Iklan

Iklan

Apa Sih Jurnalistik Itu?

5/03/25, 09:21 WIB Last Updated 2025-05-03T02:43:49Z


JADI begini, kalian pasti sering banget baca berita, kan? Entah itu dari Instagram, X (dulu Twitter), YouTube, web berita online, bahkan dari grup WhatsApp keluarga yang suka kirim info katanya sih…. Tapi pernah gak kalian mikir:


“Sebenarnya jurnalistik itu apaan sih? Kok orang yang nulis berita disebut jurnalis, bukan cuma penulis biasa?”


Nah, pertanyaan itu penting banget. Soalnya, di zaman sekarang, semua orang bisa bikin konten, semua bisa ngomong, tapi gak semua bisa jadi jurnalis. Kenapa? Karena jurnalistik itu bukan cuma soal nulis atau ngepost informasi. Ada proses, tanggung jawab, dan etika di baliknya.

 

Sebentar, Saya disclaimer dulu ya. Ulasan ini tentu akan lebih dipahami oleh mahasiswa yang ikut kelas jurnalistik dengan Saya. Lebih nyambung, ya. yang masih agak bingung, jangan khawatir. Saatnya tiba akan masuk di kelas Jurnalistik Saya. Insya Allah, ya. 


Secara sederhana, jurnalistik adalah proses mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan informasi yang faktual kepada publik. Tapi gak cukup sampai di situ—informasi itu juga harus bisa dipercaya, relevan, dan berguna buat masyarakat luas.


Bayangin kalian jadi mata dan telinga masyarakat. Kalian turun ke lapangan, nyari fakta, ngobrol sama narasumber, nulis laporannya dengan bahasa yang jernih, dan akhirnya orang lain tahu kebenaran berkat kalian. Keren, kan?


Gampangnya Gini: Jurnalistik = Temukan fakta + Tulis dengan jujur + Sebarkan buat kebaikan publik


Kalian gak perlu nunggu bisa liputan perang Ukraina atau bongkar kasus korupsi gede dulu buat jadi jurnalis. Cukup mulai dari sekitar kalian: acara kampus, isu organisasi mahasiswa, peraturan rektor yang bikin heboh, atau sekadar cerita inspiratif dari teman satu angkatan.


Jurnalis Itu Bukan Cuma Penulis


Banyak orang mikir jurnalis itu cuma tukang nulis berita. Padahal, jadi jurnalis itu bisa seru banget. Kalian bisa jalan-jalan liputan, ngobrol sama orang penting (atau orang biasa yang kisahnya luar biasa), ikut konferensi, atau bahkan masuk ke ruang-ruang yang gak semua orang bisa akses. Dan yang lebih penting: kalian bisa berkontribusi mencerdaskan masyarakat.


Dalam bukunya, jurnalis senior Indonesia Bambang Harymurti, mantan Pemred Tempo, pernah bilang bahwa: “Jurnalisme adalah pekerjaan mulia karena berperan menjaga akal sehat publik.”


Kalimat itu nancep banget. Artinya, jurnalis bukan sekadar nulis berita, tapi ikut menjaga masyarakat tetap waras dan gak gampang dibodohi informasi ngawur.


Nah, sekarang biar lebih berbobot, kita simak juga definisi jurnalistik dari para tokoh dan akademisi:


Yayan Sopyan, akademisi komunikasi dan penulis buku jurnalistik, bilang: “Jurnalistik merupakan teknik dan proses penyampaian informasi faktual kepada publik melalui media massa.”


Jadi, menurut Kang Yayan, jurnalistik itu gak bisa asal nulis. Harus pakai teknik, proses, dan prinsip kerja yang terstruktur.


Melvin Mencher, dosen dan penulis buku jurnalistik terkenal di Amerika, menyebut: “Journalism is a form of writing that tells people about things that really happened, but that they might not have known about already.”


Simpel tapi dalem. Jurnalis adalah si pembawa kabar tentang hal penting yang belum tentu orang lain tahu.


Tony Harcup: “Journalism is the activity of gathering, assessing, creating, and presenting news and information.”


Artinya, jurnalistik itu bukan cuma menulis. Tapi juga menilai, menyaring, dan menyampaikan informasi dengan tanggung jawab.


Bill Kovach & Tom Rosenstiel, dalam buku legendaris The Elements of Journalism, bilang: “Journalism is storytelling with a purpose. That purpose is to provide people with the information they need to make the best possible decisions…”


Jadi, inti dari jurnalistik adalah bercerita dengan misi. Bukan buat viral doang, tapi untuk membantu orang membuat keputusan hidup yang lebih baik.


Dari semua ulasan dan pendapat di atas, kalian bisa tarik benang merah bahwa: Jurnalistik adalah proses mencari dan menyampaikan informasi faktual secara bertanggung jawab untuk mencerdaskan masyarakat.


Dan serunya, kalian bisa terlibat di dunia ini sejak dari kampus. Gak harus nunggu lulus atau kerja di media nasional. Mulai dari jadi jurnalis kampus, kalian udah bisa belajar banyak tentang integritas, kepekaan sosial, dan pentingnya menyebarkan kebenaran.




Berikut satu contoh kasus liputan kampus yang nyata, relatable, dan bisa jadi mini proyek jurnalistik mahasiswa.


Contoh Mini Proyek Jurnalistik Mahasiswa: "Drama Parkir Mahasiswa"


Coba deh kalian bayangin…Di suatu kampus, banyak mahasiswa ngeluh soal parkiran yang makin sempit, motor makin numpuk, dan sering ribut sama satpam gara-gara masalah parkir liar. Belum lagi, ada rumor kalau lahan parkir mau dipakai buat bangunan baru. Mahasiswa bingung, gak ada info resmi, dan mulai saling share gosip di grup angkatan.


Nah, di sinilah kalian bisa masuk sebagai jurnalis kampus.

Kalian bentuk tim kecil: Satu orang buat observasi langsung ke lapangan (cek kondisi parkiran di jam sibuk), satu orang wawancara mahasiswa, satpam, bahkan pihak kampus (misalnya dari bagian umum atau wakil rektor bidang kemahasiswaan), Satu orang merangkum data dan nulis artikelnya, Kalau bisa, satu orang dokumentasiin kondisi parkir (pakai HP juga bisa kok asal niat).


Dari situ, kalian bikin laporan jurnalistik kampus berjudul, misalnya:


“Parkiran Kampus Penuh, Mahasiswa Tersingkir?”


Di dalamnya bisa kalian kupas:


  • Kenapa masalah ini terjadi
  • Apa dampaknya ke mahasiswa
  • Apa rencana pihak kampus
  • Dan mungkin, solusi alternatif dari mahasiswa


Kalian bisa tayangkan hasilnya di buletin kampus, media sosial UKM jurnalistik, atau bahkan blog pribadi.


Apa yang kalian pelajari?

  • Teknik wawancara lapangan
  • Cara menulis berita berdasarkan fakta dan data
  • Etika menyampaikan isu kampus tanpa provokasi
  • Pentingnya menyuarakan keresahan mahasiswa dengan cara elegan dan konstruktif


Dan yang paling penting: kalian benar-benar berkontribusi sebagai jurnalis kampus. Karena lewat liputan itu, mahasiswa lain jadi paham persoalan sebenarnya, dan kampus juga mungkin mulai terbuka cari solusi.


Atau ada lagi soal liputan UKT naik, mahasiswa berprestasi yang luput dari spotlight. Asik! Nih Mas Bro, soal UKT naik dan mahasiswa berprestasi yang luput dari spotlight. Keduanya sering kejadian di banyak kampus, dan cocok banget buat dijadikan bahan liputan mahasiswa.


Mini Proyek Jurnalistik: “Naiknya UKT, Turunnya Nafas Mahasiswa”


Beberapa waktu lalu, kampus rame karena info UKT naik. Gak semua ngerti kenapa naik, gimana prosesnya, dan siapa yang terdampak paling besar. Banyak yang hanya teriak di Twitter atau bikin meme di Instagram Story. Tapi…apa ada data? Ada suara dari mahasiswa yang benar-benar terdampak? Apa sudah ada penjelasan dari pihak rektorat?


Nah, kalian bisa angkat ini sebagai liputan mendalam (feature report) dari sudut pandang mahasiswa.


Langkah sederhana:

  • Wawancara 3-5 mahasiswa dari latar belakang ekonomi berbeda (ada yang orang tua PNS, buruh, UMKM)
  • Minta mereka cerita bagaimana kenaikan UKT ini berdampak pada hidup mereka
  • Temui pihak biro keuangan kampus atau humas buat minta penjelasan resmi
  • Cek aturan Permendikbudristek soal UKT terbaru sebagai pembanding


Judul Liputan bisa:


“Naiknya UKT, Turunnya Nafas Mahasiswa: Siapa yang Paling Terdampak?”

Atau bisa juga lebih naratif:

“Ibuku Jualan Nasi Uduk Demi UKT: Cerita Mahasiswa Bertahan di Tengah Kenaikan Biaya Kuliah”


Nilai jurnalistik:


  • Kalian belajar liputan data + human interest
  • Punya dampak sosial kalau disebar di media kampus
  • Bisa bantu mahasiswa lain dapat kejelasan atau saling bantu cari solusi


Kalian sering lihat mahasiswa viral karena hal nyeleneh: joget TikTok, protes di Twitter, atau kasus cinta-cintaan. Tapi… gimana kabarnya mahasiswa yang diam-diam menang lomba debat nasional? Atau yang lolos ke konferensi internasional tapi gak pernah dipanggil ke depan saat upacara?


Nah, ini bisa jadi bahan liputan yang penuh makna. Banyak kampus lupa memberi panggung untuk mereka yang sebenarnya jadi wajah baik universitas di luar sana.


Langkah liputannya:


  • Cari info dari dosen atau bagian kemahasiswaan soal mahasiswa berprestasi yang belum pernah diangkat di media kampus
  • Wawancarai mereka, gali cerita perjuangan ikut lomba, biaya mandiri, latihan diam-diam tanpa dukungan kampus
  • Tanyakan juga harapan mereka: apakah ingin diakui, atau hanya ingin inspirasi mereka menyebar?


Judul Liputan bisa:


“Diam-diam Juara: Cerita Mahasiswa Berprestasi yang Tak Tersorot Media Kampus”

Atau:

“Bukan Viral, Tapi Inspiratif: Mahasiswa Kampus Kita yang Mengharumkan Nama di Balik Layar”


Nilai jurnalistiknya:

  • Mengangkat suara yang selama ini tak terdengar
  • Memberi inspirasi bagi mahasiswa lain
  • Membangun budaya apresiasi di lingkungan kampus


Sampai di sini, menyenangkan belajar Jurnalistik itu bukan? Jika tidak, segera tutup halaman ini. Lanjutkan rebahan mengukir masa depan suram kalian. Eh, please! Jangan donk. [arif ramdan]

 

 

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Apa Sih Jurnalistik Itu?

Terkini

Topik Populer

Iklan