![]() |
Ilustrasi piring menunggu waktu berbuka puasa. (Foto: iStok) |
Setiap tanggal 9 Dzulhijjah, umat Islam dianjurkan (sunnah) untuk melaksanakan puasa Arafah. Dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa Arafah menghapus dosa pada tahun yang lewat, dan tahun berikutnya” (HR. Muslim).
Akan tetapi, pada tahun 2025, 9 Dzulhijjah bertepatan dengan hari Kamis, yang juga merupakan hari yang dianjurkan untuk berpuasa sunnah dalam tradisi puasa Senin-Kamis. Lalu, apakah boleh menggabungkan niat antara puasa Arafah dan puasa Kamis tersebut?
Farid Nu’man dalam bukunya Fiqih Praktis Sehari-hari, menjelaskan bahwa amal ibadah yang mirip bisa diniatkan dengan dua niat sekaligus. Oleh karena itu, puasa Arafah dan Senin-Kamis yang sama-sama dihukumi sunnah boleh digabungkan.
Penegasan serupa disampaikan oleh al-Allamah as-Sayyid al-Bakri bin Muhammad Syatha ad-Dimyathi dalam kitab I’anatuth Thalibin (2/307).
"Ketahuilah puasa diperoleh dengan dua sebab-seperti hari Arafah atau hari Asyura jatuh pada hari Senin atau Kamis, atau juga Senin dan Kamis jatuh bertepatan dengan enam hari Syawal sehingga penekanan untuk menjaganya jadi bertambah kuat. Jika meniatkan (puasa) langsung (untuk) keduanya, (ini) sah sebagaimana bersedekah kepada kerabat sendiri akan mendapatkan dua ganjaran (pahala), (yakni) sedekah dan silaturahim. Demikian juga jika berpuasa dengan dua niat, menurut pendapat yang benar (adalah sah)."
Keterangan senada juga dipaparkan oleh Yulian Purnama dalam bukunya Belajar Puasa Syawal Sekali Duduk. Ia menyebutkan tiga jenis penggabungan niat:
- Jika kedua ibadah sifatnya tadakhul (saling bertemu satu sama lain), seperti mandi Jumat dan mandi janabah, maka hukumnya boleh.
- Jika salah satu dari ibadah yang akan digabungkan bersifat ghairu maqshudah bidzatiha (yang dituntut bukan zat dari ibadahnya), sedangkan ibadah lainnya wajib atau sunnah, maka boleh.
- Jika dua ibadah yang ingin digabungkan maqshudah bi dzatiha (dituntut zat ibadahnya), seperti sholat Dzuhur dengan sholat rawatib Dzuhur, maka hukumnya tidak sah.
Puasa Senin-Kamis termasuk ibadah yang ghairu maqshudah bidzatiha, maka digabungkan dengan puasa Arafah diperbolehkan.
Maka menggabungkan niat puasa Arafah yang jatuh pada hari Kamis dengan niat puasa Kamis adalah diperbolehkan secara syar’i. Bahkan, penggabungan ini dapat memberikan keutamaan ganda bagi pelakunya, yakni mendapatkan pahala puasa Arafah dan puasa Kamis sekaligus. Wallahu a'lam bish-shawab.[Agamna Azka]