Banda Aceh – Kesempurnaan iman seorang Muslim tidak hanya terletak pada kedekatan spiritual kepada Allah, tetapi juga dalam kemampuan menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia. Inilah inti pesan khutbah Jumat yang disampaikan oleh Dr. Tgk Mujtahid, Lc., MA, di Masjid Jami’ Babussalam, Krueng Barona Jaya, Aceh Besar, Jumat (25/4/2025).
Dalam
khutbah bertema “Momentum Hablumminallah & Hablumminannas”, Tgk
Mujtahid mengingatkan jamaah tentang pentingnya menyelaraskan dua aspek utama
dalam kehidupan beragama: hubungan dengan Allah (hablumminallah) dan hubungan
dengan sesama manusia (hablumminannas).
“Alhamdulillah, kita telah sampai di Jumat terakhir bulan Syawal. Ini berarti hampir sebulan kita meninggalkan bulan suci Ramadan,” ujarnya membuka khutbah.
Ia bersyukur
melihat komitmen umat Muslim yang terus menjaga ibadah pasca-Ramadan, terutama
dalam hal ibadah vertikal kepada Allah.
Namun, menurutnya, peningkatan spiritual yang dilakukan selama Ramadan seharusnya juga diiringi dengan perbaikan hubungan sosial.
“Ibadah di bulan Ramadan biasanya
kita manfaatkan untuk meningkatkan hubungan dengan Allah. Tapi Allah juga
menginginkan kita memperbaiki hubungan dengan sesama manusia,” tegasnya.
Tgk
Mujtahid menyoroti fenomena sosial di tengah masyarakat Muslim, di mana banyak
yang sangat tekun beribadah secara pribadi namun mengabaikan aspek sosial
keislaman, seperti kepedulian terhadap sesama, kejujuran dalam muamalah, dan
rasa empati dalam pergaulan.
“Orang
yang bertaqwa, puncaknya adalah iman. Dan iman itu bukan hanya soal percaya
kepada Allah, tetapi juga kepada hal-hal yang ghaib, serta bagaimana kita
memperlakukan sesama manusia,” jelasnya.
Dalam
khutbah yang disampaikan dengan gaya tenang namun penuh makna itu, beliau juga
menyinggung tentang ketidakseimbangan dalam hidup beragama. Banyak orang rajin
beribadah, namun masih lalai dalam amanah, tidak jujur dalam berbisnis, atau
enggan membantu sesama.
“Ibadah
yang benar bukan hanya soal antara hamba dan Tuhan, tetapi juga menciptakan
dampak positif dalam masyarakat,” katanya. Ia menambahkan bahwa sikap seperti
korupsi, menyebar fitnah di media sosial, hingga kurangnya empati kepada
tetangga adalah bukti dari ketidakseimbangan dalam memahami ajaran Islam.
Untuk memperbaiki habluminannas, kata Tgk Mujtahid, seseorang harus memulainya dari lingkungan terdekat, yakni keluarga.
“Kalau ingin memperbaiki hubungan dengan
manusia, kita harus mulai dari keluarga terlebih dahulu,” tuturnya.
Setelah keluarga, hubungan sosial diperluas ke lingkungan sekitar, terutama tetangga.
“Tidak sempurna iman seorang Muslim bila tidak berhubungan baik dengan
tetangganya,” pungkasnya.
Ia juga menyerukan agar umat Islam menjadikan ibadah sebagai kekuatan transformasi sosial, bukan sekadar rutinitas spiritual.
Menurutnya, kesalehan sejati harus
tampak dalam perilaku sehari-hari yang adil, jujur, dan penuh kasih sayang.
Sebagai penutup khutbah, Tgk Mujtahid berdoa agar umat Islam menjadi pribadi yang istiqamah dalam iman, serta konsisten dalam memperjuangkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan.
Ia berharap khutbah ini menjadi pengingat menjelang datangnya bulan suci Ramadan tahun depan, agar umat Islam tidak hanya memperbaiki diri secara spiritual, tetapi juga sosial. [Fhatin & Arum]