Sibolga, Sumatera Utara — Rasa rindu yang mendalam akhirnya membawa seorang
mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dari kota Banda Aceh kembali ke kampung
halamannya di kota Sibolga. Perjalanan panjang selama dua hari menjadi kisah
penuh warna yang menyisakan banyak kenangan dan tantangan.
Mahasiswa
tersebut menempuh perjalanan darat menggunakan motor pribadi demi bisa bersua kembali dengan
keluarga tercinta. Namun, perjalanan tersebut tak berjalan semudah yang
dibayangkan. Ketika melewati wilayah Fakfak Barat, ia dihadapkan pada kesulitan
mendapatkan makanan.
“Bingung
cari makan di sini, banyak warung B2 (tutup),” ungkapnya sambil tertawa,
mengacu pada banyaknya warung makan yang menyediakan makanan non-halal dan
minimnya pilihan makanan halal di daerah tersebut.
Meski
sempat kelaparan dan kelelahan, semangat untuk pulang kampung tak pernah surut.
"Yang penting sampai dengan selamat dan bisa ketemu keluarga. Itu lebih
dari cukup," ujarnya saat ditemui sesaat setelah tiba di rumah.
Setibanya di kota Sibolga, mahasiswa itu disambut hangat oleh keluarga. Tangis haru dan pelukan erat menyambut kedatangannya, setelah sekian lama merantau untuk menuntut ilmu di kota Banda Aceh.
"Sungguh
bahagia bisa kembali ke kampung halaman dan menjemput rindu dengan
keluarga," katanya dengan senyum lebar.
Selain
sebagai ajang melepas rindu, kepulangan ini juga menjadi refleksi akan
pentingnya menjaga hubungan dengan keluarga, terutama di tengah kesibukan
kuliah dan tantangan hidup di perantauan. Ia menyebut, momen ini menjadi salah
satu pengalaman paling berkesan selama menjadi mahasiswa.
“48
jam yang melelahkan namun penuh makna. Saya sangat bersyukur bisa kembali ke kota Sibolga dan menjemput rindu dengan orang-orang yang saya cintai,” tutupnya.
Kisah
ini menjadi potret nyata perjuangan mahasiswa perantauan, sekaligus
mengingatkan kita bahwa rumah selalu menjadi tempat terbaik untuk pulang di mana rindu selalu diterima dengan pelukan hangat. [Rizkiansyah malau ]