Dunia adalah tempat singgah sementara, tempat kita menanam benih amal yang kelak akan kita tuai di akhirat. Kehidupan ini ibarat perjalanan panjang, dan setiap detik yang kita lalui di dunia ini adalah kesempatan berharga untuk mempersiapkan bekal hakiki di hadapan Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. Al-Qasas: 77).
Seringkali, kesibukan dunia membuat kita terlena, seolah-olah kehidupan ini abadi. Namun, kita perlu ingat bahwa segala yang kita miliki—harta, kedudukan, bahkan keluarga—pada akhirnya akan kita tinggalkan. Bekal yang sejati bukanlah yang tampak di dunia, melainkan amal yang kita bawa sebagai penolong di akhirat kelak.
Banyak ulama yang mengingatkan bahwa dunia ini laksana ladang; barang siapa yang menanam benih kebaikan, ia akan memanen pahala, dan barang siapa menanam keburukan, ia pun akan menerima akibatnya. Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang cerdas adalah yang mengendalikan dirinya dan beramal untuk (kehidupan) setelah mati." (HR. Tirmidzi). Kita dipanggil untuk menjadi hamba yang cerdas dengan memanfaatkan waktu, tenaga, dan pikiran kita untuk memperbanyak amal shalih, seperti shalat, puasa, zakat, sedekah, dan amal-amal kebaikan lainnya.
Maka, mari kita bersama-sama merenungi hidup kita. Sudah cukupkah bekal yang kita siapkan untuk perjalanan abadi di akhirat nanti? Mari kita jadikan dunia sebagai sarana mencari keridhaan-Nya, karena dunia ini fana, namun akhirat kekal. Semoga kita semua diberi kekuatan untuk tetap teguh dan ikhlas dalam mengumpulkan bekal kebaikan, agar kelak kita dapat berjumpa dengan Allah dalam keadaan ridha dan diridhai. Aamiin.
Oleh: Wahyu AH