BANDA ACH - Direktur Jenderal Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid mengisi kuliah umum di hadapan sivitas akademika Universitas Syiah Kuala. Kegiatan bertajuk Tur Studium Generale Hilmar Farid ini dilaksanakan di Gedung AAC Dayan Dawood, Selasa (5/9)
Hanya saja, semua kekayaan tersebut masih belum dimanfaatkan dengan baik, khususnya dalam mendukung pembangunan bangsa. Padahal kekayaan biokultural tersebut merupakan akar dari kebudayaan sekaligus sumber ilmu pengetahuan.
Menurutnya, pengetahuan tentang alam tersebut bersumber dari masyarakat yang hidup di alam secara turun-temurun, lalu tradisi hidup tersebut membentuk pengetahuan selanjutnya membentuk kebudayaan.
Menurutnya, pengetahuan tentang alam tersebut bersumber dari masyarakat yang hidup di alam secara turun-temurun, lalu tradisi hidup tersebut membentuk pengetahuan selanjutnya membentuk kebudayaan.
“Inilah yang jangan dilupakan, bahwa masyarakat yang hidup dalam ekosistem itu adalah kekayaan kebudayaan dan kekayaan intelektual yang luar biasa,” ucapnya.
Himar mengungkapkan, persoalan terhadap pengelolaan kebudayan biokultural ini terjadi karena kita masih mengabaikan fakta tersebut. Bahkan dalam sistem pengetahuan modern, pengetahuan tradisional masyarakat tersebut seringkali dianggap rendah serta terabaikan.
“Itu adalah problem besar, karena kita menjauh dari sumber kekayaan,” ucapnya.
Padahal kalau diperhatikan, ungkap Hilmar, kekayaan biokultural ini mampu mendukung berbagai bidang ilmu pengetahuan. Misalnya dunia farmasi, jika ditelusuri 25% dari industri farmasi itu bersumber dari pengetahuan masyarakat terhadap tanaman. Ini adalah fakta yang diakui oleh pelaku industri farmasi.
“Di sinilah UU No 5 Tahun 2017 mengenai Kemajuan Kebudayaan menjadi relevan. Karena amanat dari UU itu lindungi pengetahuan, lindungi kekayaan budaya kita, lindungi semua yang ada di masyarakat yang kira-kira bisa memberi manfaat bagi kita,” ucapnya.
Rektor USK Prof. Dr. Ir. Marwan menyampaikan terima kasih dan menyambut baik kuliah umum Dirjen Kebudayaan ini. Sebab hal ini sangat sejalan dengan visi USK yang bertekad untuk mendukung pelestarian dan menjaga nilai-nilai budaya, baik yang ada di Aceh maupun Indonesia.
Menurut Rektor USK terus berupaya untuk tidak hanya menjadi pusat pendidikan dan riset, tetapi juga pusat kebudayaan yang berkontribusi pada pelestarian dan pembangunan budaya. Misi ini USk wujudkan melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
“Harapannya, agar para generasi muda tidak hanya mengenal dan memahami kebudayaan kita, tetapi juga memiliki komitmen untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan bangsa kita yang beragam ini,” ucap Rektor.[]