WASATHA.COM, Banda Aceh – Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) mempresentasikan Inovasi Layanan Terapi Ablasi Gondok Tanpa Operasi (TAGTO) pada Verifikasi dan Observasi Lapangan secara virtual, dalam rangka Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2022, menuju top Inovasi Terpuji, Selasa (19/7)
Dalam ajang tahunan inovasi pelayanan publik, yang diselenggarakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) tersebut, Rumah Sakit Kebanggaan masyarakat Aceh itu menyuguhkan dan unggulkan inovasi barunya dalam pelayanan TAGTO bagi penderita gondok atau tiroid jinak.
Hebatnya lagi, RSUDZA yang di inisiasikan oleh spesialis penyakit dalam konsultan Endokrin dr. Hendra Zufry, menjadi pertama dan satu-satunya di Indonesia bahkan Asia Tenggara yang mengembangkan dan melayani Terapi Ablasi Gondok Tanpa Operasi atau disingkat TAGTO. Sebuah inovasi medis yang pertama kali ditemukan dan dikembangkan dari Korea Selatan.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) dr. Isra Firmansyah, mengatakan jika selama ini penyembuhan gondok atau tiroid jinak menggunakan obat-obatan hingga operasi. Kini dengan TAGTO tidak perlu lagi operasi cukup dengan terapi.
Layanan TAGTO merupakan tindakan ablasi etanol perkutan (AEP) dan Radio Frequency Ablation (RFA) adalah Inovasi yang diinisiasi oleh RSUDZA. Bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan akibat gondok melalui terapi ablasi tanpa operasi dengan efek samping yang rendah serta dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat dengan pembiayaan ditanggung oleh Program Jaminan Kesehatan Nasional.
“Setelah terapi ablasi ini, akan terjadi penurunan signifikan dari volume ukuran gondok (penderita penyakit) tersebut yang telah diteliti oleh dr. Hendra Zufry sebagai inisitor TAGTO di RSUDZA. Pengecilan kelenjar gondok itu dilakukan secara bertahap paling lama 1 tahun. Mulai dari ablasi, 1 bulan (rawat jalan) kemudian lanjut bulan ke 6 hingga setahun. Hasil maksimal itu setahun,” ungkapnya.
Lebih lanjut, terang Isra, TAGTO ini bersifat minimal invasif, dengan cara memasukkan zat etanol dalam jaringan gondok atau tiroid, kemudian kelenjar yang membesar itu akan berangsur mengecil. Namun, pasien yang bisa dilakukan tindakan TAGTO ini adalah mereka yang memiliki pembekakan kelenjar dengan ukuran di atas 2 cm.
Ia mengaku sangat bersyukur dengan adanya pengembangan terapi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat luas tersebut. Dengan inovasi ini juga RSUDZA berhasil masuk top 99 rumah sakit yang akan mengikuti KIPP dari Kementerian PANRB. Maka, hari ini dilakukan tahapan verifikasi untuk tahapan 45 besar.
“Alhamdulillah pengembangan terapi ini akan terus kita laksanakan, ini sangat bermanfaat bagi masyarakat terutama dalam pendidikan, ada beberapa dokter spesialis dan konsultan endokrin dari beberapa RS di Indonesia akan mengikuti pelatihan TAGTO di RSUDZA bersama inisiatornya dr. Hendra Zufry spesialis penyakit dalam dan konsultan endokrin,” pungkasnya.
Inisiatir dr. Hendra Zufry, spesialis penyakit dalam dan konsultan endokri, dalam penjelasannya, mengungkapkan layanan medis Layanan Terapi Ablasi Gondok Tanpa Operasi (TAGTO), ia pelajari langsung pada penemu inovasi tersebut di negeri gingseng selama 3 tahun.
“Tapi, saya juga lakukan modifikasi tergantung pasien tidak serta merta apa yang di Korea saya lakukan di Indonesia, mengingat ada beberpa faktor yang membedakan, Alhamdulillahnya segala tindakan TAGTO ditanggung JKN,” ungkapnya.
Karenanya, ia mengaku sangat bersyukur kepada Pemerintah Aceh yang telah memfasilitasi dirinya pengembangan replikasi TAGTO. Sehingga bisa memberikan yang terbaik bagi masyarakat khususnya di bidang medis. []