Buya Hamka dalam tafsir Al Azhar menjelaskan bahwa orang sombong ialah orang yang tak tahu di mana letak dirinya. Bersifat angkuh, karena dia telah lupa bahwa hidup manusia di dunia ini hanyalah semata-mata karena pinjaman Tuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia takabur adalah merasa diri mulia, hebat, pandai, angkuh, atau sombong. Takabur merupakan sikap merasa tinggi dan merendahkan orang lain. Lawan dari sifat takabur adalah tawadhu', yaitu menghargai orang lain dan menerima kebenaran.
Ada kisah-kisah
dalam Al Quran tentang bangsa atau manusia-manusia yang sombong. Bangsa Israel dapat
kita jadikan contoh untuk kesombongan kolektif. Kesombongan dapat
dilatarbelakangi karena kedudukan, keunggulan, kekayaan yang dimiliki oleh
seseorang atau kelompok seperti Fir’aun, Israel, Qarun, dan sebagainya.
Kesombongan
individual adalah kesombongan yang dilakukan seseorang. Misalnya, Fir’aun
kepada orang lain. Sementara kesombongan kolektif adalah kesombongan yang
dilakukan oleh kelompok/komunitas, bangsa maupun negara kepada individu,
kelompok atau bangsa atau negara lain.
Dalam Alqur’an
Surat Luqman ayat 18, Allah Swt berfirman yang artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan
janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sesunguhnya Allah tidak mencintai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri."
Imam Muslim
meriwayatkan dari hadits Ibnu Mas'ud, bahwa Nabi SAW bersabda, "Tidak
akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada seberat biji atom dari sifat kesombongan."
Al Hakim
meriwiyatkan bahwa Nabi SAW bersabda:
'Allah Ta'ala berfirman, 'kebesaran itu adalah sarungku, kesombongan itu
adalah selendang-Ku. Maka siapa yang mengambilnya dari-Ku, akan Kulemparkan ia
ke dalam api neraka."
Hadits ini
menunjukkan akan celaan terhadap sikap sombong dan takabur. Dan kesombongan ini
nampak pada beberapa keadaan, diantaranya: kesombongan ini nampak pada cara
jalan seseorang, cara berpakaian, cara berbicara atau cara melihat. Maka
bamngsiapa yang menunjukkan sifat-sifat ini dalam perilakunya, niscaya manusia
akan membenci.
Adapun di sisi
Allah, maka ia akan menjumpai Allah pada hari kiamat sedangkan Allah marah. Dan
kemarahan Allah apastilah akan mendatangkan siksaannya. Karena itu maka sifat
semacam ini adalah merupakan salah satu diantara dosa-dosa besar.
Dan hakikat dari
kesombongan itu terbagi dua macam, yaitu: hakikat yang nampak dan yang
tersembunyi. Hakikat yang tersembunyi adalah sifat yang tersembunyi di dalam jiwa
seseorang. Adapun hakikat yng nampak, maka ia berupa amal perilaku yang
dilakukan oleh anggota tubuh. Amal-amal itu adalah merupakan hasil dari sifat
seseorang dan sifat ini pastilah akan berpengaruh pada amal. Untuk itu, asal
dari perbuatan ini adalah sifat merasa tinggi yang ada pada diri seseorang atas
yang lainnya, setelah itu barulah timbul sifat ini dalam bentuk perilaku
seseorang.
Buya Hamka dalam
tafsir Al Azhar menjelaskan bahwa orang sombong ialah orang yang
tak tahu di mana letak dirinya. Bersifat angkuh, karena dia telah lupa bahwa
hidup manusia di dunia ini hanyalah semata-mata karena pinjaman Tuhan.
Sifat sombong,
takabur, dan sering merendahkan orang lain adalah perilaku penyimpang secara
psikologis. Dalam kajian ilmu jiwa kecenderungan seseorang untuk merasa bangga
terhadap diri sendiri dan merasa paling sempurna merupakan indikasi adanya
gangguan dalam sistem kepribadian orang tersebut, yang mana gangguan tersebut
dalam psikologi menyebutnya dengan istilah Narsisme.
Narsisme merupakan
suatu pola sifat dan perilaku yang dipenuhi obsesi dan hasrat pada diri sendiri
untuk mengabaikan orang lain, egois, serta tidak mempedulikan orang lain dalam
memenuhi kepuasan, dominasi, dan ambisinya sendiri.
Dalam kajian
Psikologi sifat seperti disebutkan di atas dikenal dengan istilah Narcissistic
Personality Disorder (NPD). Orang yang tergolong narsistik memiliki tipe antara
lain, arogan, sombong, congkak, manipulatif, angkuh atau tinggi hati, mudah
tersinggung, kurang empati, mengharapkan perlakuan yang tak rasional, dan haus akan
pujian.
Seiring perkembangan teknologi. kajian-kajian terkini dalam
hal perilaku sombong juga berkembang dalam frase kata-kata merendah, padahal
sesungguhnya sedang melambungkan diri. Sering kita temui dalam keseharian orang
yang terlihat tawadhu tetapi menyiratkan kesombongan diri, ini yang berbahaya
karena sangat tipis perilaku kesombongannya. Sombong model ini disebut dengan
sikaf Humble Brag.
Perilaku ini sering kita temui dalam kegiatan bersosial media
di era teknologi yang semakin canggih saat ini. Seseorang bisa mengekspresikan
suasana hati dalam setiap postingan dan update status di akun sosial media,
termasuk juga pamer terselubung seperti merendah tetapi sesungguhnya ia sedang
‘meroketkan’ diri ke atas alias sombong.
Berhati-hatilah agar tidak masuk ke dalam golongan orang yang sombong, cukup iblis yang mendapat murka Allah Swt karena kesombonganya tidak taat akan perintah untuk bersujud kepada Adam alaihi salam. Jangan sombong! Sebab orang dengan perilaku tersebut tidak akan ditanya oleh Allah Swt di hari kiamat kelak. [Arif Ramdan]