Oleh Muhammad Yusuf Zulkifli | Dosen STAI Nusantara, Banda Aceh
INDONESIA mempunyai potensi wakaf sangat besar, sebagaimana yang dikatakan oleh Direktur Utama Inisiatif Wakaf (iWakaf), Romdlon Hidayat, diperkirakan potensi aset wakaf mencapai 2000 Triliun bahkan lebih. Akan tetapi masih sedikit sekali yang dimanfaatkan untuk usaha-usaha yang bersifat produktif termasuk di aceh, bahkan banyak tanah wakaf aceh yang terbengkalai tidak dimamfaankan untuk kepentingan Umat Islam.
Sebagaimana kita ketahui Wakaf merupakan ajaran Islam yang berdimensi sosial, yaitu menekankan kesejahteraan umat dan pembangunan peradaban yang lebih maju termasuk Pendidikan Islam .
Kemajuan peradaban Islam pada masa lalu, tentu tak bisa dilepaskan dari peran wakaf produkttif pada masa itu. Bahkan, wakaf diakui sebagai jenis filantropi dalam Islam yang berhasil mendanai proyek mercusuar peradaban Islam untuk kejayaan Islam dari masa ke masa.
Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia aceh khususnya dan tuntutan akan kesejahteraan ekonomi, keberadaan wakaf produktif menjadi sangat strategis. Di samping sebagai salah satu aspek ajaran Islam yang berdimensia spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan pentingnya kesejahteraan ekonomi (dimensi sosial). Oleh karenanya
Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTIS) Aceh perlu mengggerakkan komponen wakaf produktif untuk ekonomi terlebih kesejahteraan Tenaga pendididik.
Kita boleh mengadopsi konsep Baitul asyi yang berada di Arab Saudi dalam mengelola harta wakaf produktif yang digunakan utuk kesejahteraan jamaah haji, sebagaimana hal yang sama pada akta ikrar Wakaf Produktif Perguruan Tinggi Agama islam Swasta (PTIS) Aceh yang dikelola oleh forum Perguruan Tinggi untuk kesejahteraan Dosen. []