Anak-anak pengungsi Rohingya mengikuti program trauma healing dari ACT Aceh di Lhokseumawe, Aceh pada Minggu (28/6/2020). (Foto: Humas ACT Aceh | Wasatha.com) |
WASATHA.COM, Lhokseumawe – Puluhan anak-anak pengungsi yang berada di gedung bekas gedung imigrasi antusias mengikuti kegiatan trauma healing yang diselenggarakan oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) di lokasi pengungsian mereka di Jalan Medan-Banda Aceh, Punteut, Blang Mangat, Lhokseumawe, Minggu (28/6).
Trauma healing dilaksanakan bertujuan menghilangkan rasa trauma akibat cukup lama berada di lautan. Kegiatan baru dapat dilaksanakan dua hari setelah dua mereka tiba di bumi Serambi Mekkah karena harus terlebih dahulu didata oleh pihak imigrasi.
Kegembiraan sangat terlihat di wajah yang begitu ceria setiap puluhan anak Rohingya yang mengikuti kegiatan trauma healing. Mereka mengikutinya dengan tertib yang dipandu oleh salah satu pengungsi Rohingya yang sudah sedikitnya bisa berbahasa Indonesia.
Kepala Cabang ACT Lhokseumawe, Thariq Farline mengatakan bahwa trauma healing merupakan salah satu solusi yang tepat mengantisipasi post-traumatic syndrome disorder di kalangan anak-anak, serta memulihkan psikologis setelah terhempas di lautan ganas.
Ia menambahkan, dalam kegiatan trauma healing menyertakan edukasi seperti mengajarkan salawat, asmaul husna, dan membaca surat Al-Fatihah.
“Di antara mereka ada yang masih dalam usia pendidikan. Daripada mereka hanya duduk saja di dalam maka mari kita berikan edukasi, harapannya mereka dapat ceria dan kembali ceria,” ujarnya.
Kedepannya, aksi-aksi serupa akan terus dilakukan seperti menggambar maupun membuat outbound bersama anak-anak Rohingya di pengungsian. Kini, kondisi di tempat pengungsian lebih nyaman dan anak-anak Rohingya sangat cepat dekat meskipun terkendala bahasa.[]