Iklan

Iklan

WNI Jamaah Tabligh di India Depresi Selama Karantina

4/23/20, 23:08 WIB Last Updated 2020-04-23T16:12:51Z
Ilustrasi: Pertemuan Jamaah Tabligh di Islamabad, Pakistan. (Metin Aktas - Anadolu Agency )

WASATHA.COM, JAKARTA - Sekitar 700-an warga Indonesia (WNI) Jamaah Tabligh terjebak di India karena pemberlakuan lockdown atau karantina wilayah sejak 23 Maret 2020.

Khairil Marzuq WNI asal Medan, anggota Jamaah Tabligh menceritakan 725 WNI tersebut sudah tiba di India sejak Januari 2020 untuk berdakwah di seluruh wilayah di sana.

Namun dengan adanya kebijakan lockdown dari pemerintah India itu, anggota Jamaah Tabligh tidak bisa kembali ke Indonesia.

Padahal, kata dia, para jamaah telah mempersiapkan tiket dan kepulangannya ke Indonesia.

"Kita sudah punya tiket pulang sebenarnya dan semua perjalanan sudah direncanakan, tapi karena pemberlakuan lockdown yang terlalu lama sehingga menyusahkan kita semua, terlebih ada yang sudah beli dua kali tiket hangus juga tdak bisa digunakan dan sudah direschedule juga tidak bisa," kata Khairil Marzuq, seperti diberitakan Anadolu Agency.

Bahkan, ucap dia, pusat Jamaah Tabligh di Masjid Nizamuddin Markaz telah meminta pemerintah India membantu mengevakuasi jamaah yang berasal dari berbagai negara sebelum lockdown diberlakukan, namun tidak mendapat tanggapan. 

"Kita sudah minta itu agar dibantu dan diberikan keringanan karena sebagian border state mereka ditutup, dan pihak Nizamuddin meminta agar mereka ini dibolehkan lewat," kata dia.

Para Jamaah akhirnya dikarantina oleh otoritas setempat setelah adanya kebijakan lockdown.

Khairil mengatakan WNI tersebut dikarantina di 34 titik yang tersebar di India, 27 titik di Kota New Delhi dan 7 titik di luar kota New delhi.

"Ini berubah-ubah titik karantina karena ada perpindahan dari satu ke tempat lain kita pun tidak tahu kenapa kebijakan itu dilakukan," jelas Khairil.   

Sebagian besar kata Khairil, tempat karantina merupakan sekolah dan juga flat atau apartemen.

Selama masa karantina, Khairil mengatakan WNI seringkali mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari petugas.

Khairil yang ditunjuk sebagai penanggung jawab WNI Jamaah Tabligh mengatakan seringkali mendapatkan laporan perlakuan tidak ramah dari warga Indonesia lainnya.

WNI, lanjut dia, diperlakukan seperti tahanan saat masa karantina. Polisi terkadang seringkali menunjukkan sikap provokasi agar WNI melakukan perlawanan.

Namun, Khairil telah meminta WNI lainnya untuk tidak terpancing.

"Ada yang dia di ruangan terkunci semua, jadi semua pintu terkunci digembok sudah 21 hari atau 22 hari begitu mereka sudah berada di ruangan terkunci dan hanya diberikan makanan yah seperti tahanan lah," jelas dia.

Makanan pun setiap harinya diberikan dengan menu yang sama yakni Kacang Dhal.

Depresi karena ketidakjelasan mengenai kapan diperbolehkannya untuk pulang, bentakan dan pemukulan juga dialami oleh WNI.

Dia menceritakan adanya laporan dari WNI yang dipukul menggunakan gagang sapu oleh petugas kebersihan karantina.

"Itu penghinaan sekali dia pukul pake gagang sapu dia sedang nyapu dan teman kita lagi duduk di taman tidak ada hubungannya dengan dia yang menyapu tidak menghalangi dan tiba-tiba mereka datang bertiga dan langsung mengusir sambil memukul," tutur Khairil.

Selain khairil, cerita mengenai kondisi depresi juga dialami oleh Ali Syahbana salah satu WNI asal Makasar yang berada di lokasi karantina berbeda.

Ali Syahbana, yang dikarantina di sebuah sekolah di New Delhi, mengaku depresi karena tidak diperbolehkan keluar.

Makanan dan minuman yang disediakan oleh pemerintah India tidak pernah berubah jelas dia.

Pasokan yang akan diberikan oleh Kedutaan Besar RI untuk WNI pun dipersulit oleh petugas karantina.

"Kami seperti di penjara, pihak KBRI saja mau pasok kebutuhan kami hrus dapat izin dulu dari Kementerian Luar Negeri India, kan aneh pak akhirnya ada sudah kawan-kawan yang mandi samponya pake sabun batang," jelas dia kepada Anadolu Agency.

Berat badan, kata dia, turun 10-15kg karena depresi dengan keadaan karantina.

"Kami hanya tertekan batin saja pak, karena masa karantina yang sebenarnya cuman 14 hari malah pemerintah India tambah 2 pekan lagi, tidak tahu maksudnya apa pak," tukas dia. 

Selain depresi, sebagian sebagian dari 725 WNI tersebut kata dia dituduh menyalahi aturan visa di India oleh otoritas setempat.

Bahkan ada beberapa WNI yang ditahan karena permasalahan visa, kata Khairil Marzuq.

Padahal dirinya yang telah tiga kali ke India menggunakan visa elektronik atau visa turis sejak dahulu tidak pernah dipermasalahkan.

"Mereka [otoritas India] mengatakan bahwasanya kalian kesini menggunakan e-visa tapi kalian pergi untuk tabligh seharusnya pakai visa misionary, kita bsa terima kalau ini diberlakukan dari dulu," kata dia.

Itu sebab, kata dia, saat ini 725 WNI Jamaah Tabligh terbagi menjadi tiga kelompok yakni kelompok negatif Covid-19 dan tidak memiliki masalah hukum, kelompok positif Covid-19 dan tidak memiliki masalah hukum serta kelompok positif Covid-19 dan memiliki permasalahan hukum.

Dia pun meminta agar pemerintah Indonesia terlebih dahulu mengevakuasi WNI yang negatif dari Covid-19 dan tidak memiliki permasalahan hukum.

"Maka ini akan memperkecil permasalahan, sementara kita di India ini teman-teman cenderung depresi " jelas dia. []
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • WNI Jamaah Tabligh di India Depresi Selama Karantina

Terkini

Topik Populer

Iklan