Corona mewabah di Indonesia, membawa pengaruh buruk untuk kesehatan namun membawa pengaruh baik untuk polusi udara. Karena diberlakukan segalanya dari rumah maka populasi kendaraan tidak berlalu lalang di jalanan sehingga polusi membaik.
Foto : Medcom.id
POLUSI udara atau pencemaran udara saat ini menjadi hal yang diperbincangkan, tidak
kalah dengan masalah masker dan hand sanitizer yang diperebutkan,
atau pun alat medis lainnya yang sulit untuk didapatkan.
Bahkan dunia pun
kompak untuk membahas mengenai polusi, dimana polusi udara saat ini dikabarkan
memberikan perubahan baik. Penurunan drastis polusi dapat dijumpai pada negara-negara yang mengalami wabah virus
Corona.
Faktor penurunan
polusi ini disebabkan oleh populasi manusia, dimana anjuran untuk lockdown
atau lebih viralnya dengan sebutan “Dirumahaja” menjadi hal positif bagi kondisi bumi.
Anjuran lockdown
seperti belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan mengerjakan segala hal dari
rumah termasuk hal untuk menyelamatkan bumi. Tanpa sadar, anjuran untuk lockdown
di negara yang mengalami wabah virus dapat menghasilkan polusi yang baik.
Dimana manusia
tidak banyak beraktifitas di luar rumah, maka tidak banyak pula manusia yang
menghasilkan polusi. Sampah sudah jarang terlihat di sekitaran jalan dan sungai
serta asap kendaraan, dan asap pabrik yang juga sangat
berkurang.
Terkadang terbenak
di hati, mana yang layak disebut sebagai virus di bumi ini. Pada dasarnya,
ketika muncul sebuah virus. Maka virus itulah yang seolah-olah menjadi
antivirus bagi bumi, dan manusia lah yang menjadi virus jahat.
Polusi udara di
Jakarta mengalami perubahan baik untuk pertama kalinya saat ini setelah 28
tahun yang lalu, bisa dibayangkan selama itulah kita merasakan polusi yang
sangat tidak baik untuk kesehatan.
Beberapa hari lalu
BMKG mengabarkan bahwa polusi udara di Indonesia khususnya Jakarta, mengalami
penurunan drastis dan berada pada skala warna hijau. Kondisi ini tergolong
cukup baik untuk kesehatan manusia dan bumi.
Sementara di
negara luar seperti negara Italia, Cina, India, Amerika, Portugal dan Spanyol
serta negara lainnya juga
telah melakukan riset mengenai polusi udara sama halnya dengan Indonesia.
Negara luar lebih
dulu mengalami penurunan polusi udara, karena proses penyebaran Corona di Indonesia
termasuk lambat dibanding negara lain. Jakarta yang menjadi ibu kota Indonesia
sekaligus menjadi pusat Corona
terbesar hingga 50% kasus di Indonesia.
Hal itu disebabkan
karena populasi manusia di Jakarta tergolong sangat padat, sehingga proses
penyebaran virus Corona pun bergerak secara cepat hingga ke pelosok desa.
Maka dari itu
mulailah menjadi populasi manusia yang baik dan bijak dalam berbuat, agar
polusi pun mau bersahabat dengan kita. Tidak harus menunggu virus datang untuk berubah
menjadi lebih baik. [Putri Purnama Sari
| Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Ar-Raniry]