WASATHA.COM, Banda Aceh- Menari adalah sebuah
kegiatan olah tubuh sehingga membentuk seni yang indah dan memukau. Menari
menjadi sebuah kegiatan seni dalam menggambarkan sesuatu hal dengan kelenturan
tubuh sehingga tampak indah untuk dinikmati. Tari memiliki konfigurasi dan pola
lantai serta gerak yang beragam untuk menunjukkan keindahan, jika dalam tim
biasanya kekompakan menjadi salah penentu indahnya sebuah seni tari. Penari
merupakan seorang yang cerdas dikarenakan bagian otak kanan dan kirinya bekerja
bersamaan sekaligus dalam menghafal dan menata gerak. Menjadi seorang penari
harus memiliki kesempurnaan fisik yang mumpuni sehingga etika dan estetika
dalam tari dapat tersampaikan dengan baik.
Berikut beberapa tips
menjadi seorang penari yang baik :
1. Pahami konsep tari
dengan baik!
Setiap tari memiliki konsep tersendiri yang harus dikuasai dengan baik agar bentuk tarinya tidak menimbulkan banyak persepsi dikalangan penikmat seni. Konsep harus dipahami dengan sangat matang agar tersampaikan kepada masyarakat yang menyaksikan pementasan.
2. Memiliki kontrol tempo
yang baik.
Tempo adalah salah satu dasar tari yang harus dikuasai dengan baik. Setiap gerak memiliki tempo yang beragam mulai dari slow tempo, medium tempo, sampai fast tempo dengan hitungan tempo tercepat yaitu tempo 1/6. Penguasaan tempo yang baik harus di utamakan agar tidak adanya kecacatan tempo dalam setiap geraknya sehingga setiap ketukan tempo dan gerak memiliki singkronisasi yang baik dan melahirkan gerak yang indah dan rapi.
3. Tidak melebihkan atau
mengurangi efek gerak yang sudah ditata oleh koreografer
Setiap penari memiliki kontur tubuh dan keindahan gerak tersendiri namun kesalahan besar penari adalah mengurangi dan melebihkan setiap kontur gerak penari yang sudah diarahkan oleh koreografer apalagi pada saat sesi improvisasi atau explorasi tubuh yang memang memiliki kadar kreatifitas penari yang 75%.
4. Pengunaan wirasa yang
baik
Dalam seni tari memiliki 3 komponen utama yaitu wiraga, wirama, dan wirasa. Wiraga adalah gerak, wirama adalah singkronisasi dengan tempo dan musik, sedangkan wirasa adalah ruh yang diciptakan penari. Untuk sesi latihan mungkin wirasa adalah sesi paling lama dikuasai karena penari diharuskan untuk menciptakan ruh dan karakter yang sesuai dengan arahan koreografer sehingga dapat menghipnotis masyarakat yang menikmati pertunjukan.
5. Penghafalan dan
penguasaan setiap gerak dengan baik.
Setiap penari diharuskan menghafal setiap gerak yang sudah ditata oleh koreografer. Penari yang bersifat pelupa biasanya akan dikategorikan penari yang lemah sehingga jarang dipakai pada saat pementasan. Penguasaan setiap gerak juga harus diterapkan pada penari mulai dari gerakan mudah sampai ke tingkat kesulitan yang tinggi apalagi memiliki unsur acrobatic seperti sikap kayang, rooling, koprol, sikap lilin dan sebagainya sebagai bentuk pola olah tubuh. (Fahmi Nurianda Akbar)