Iklan

Iklan

Unsyiah Gelar Konferensi Internasional SKIC

10/09/19, 16:48 WIB Last Updated 2019-10-09T09:48:21Z
Sekjen Kemenkes RI, Drg. Oscar Primadi, MPH memberikan penghargaan kepada Unsyiah Rektor Universitas Syiah Kuala, yang diterima oleh Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng dan 20 Perguruan Tinggi lainnya di Gedung AAC Dayan Dawood, Rabu (9/10). Penghargaan ini terkait komitmen dan kerjasamanya selama ini dalam upaya pembangunan kesehatan di Indonesia.

WASATHA.COM, BANDA ACEH - Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) melalui Fakultas Kedokteran menggelar konferensi internasional yaitu The 3rd Syiah Kuala International Conference On Medicine and Health Sciences (SKIC-MHS). Kegiatan yang mengangkat tema “A Legacy  for Future Generations: The First 1000 Days of Life: Scientific to Community Based Approach” ini, dilaksanakan mulai tanggal 9 – 10 Oktober 2019 di Gedung AAC Dayan Dawood.

Rektor Unsyiah Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng mengatakan, Unsyiah sangat berterima kasih atas dukung semua pihak khususnya Kementerian Kesehatan sehingga terlaksananya konferensi ini. Rektor berharap, kegiatan ini bisa mendorong Unsyiah untuk berkiprah lebih baik lagi dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat.

Apalagi saat ini Kementerian Kesehatan memberikan kepercayaan kepada FK Unsyiah untuk menurunkan angka stunting pada tiga Kabupaten di Aceh yaitu Aceh Timur, Aceh Barat dan Aceh Tengah.

“Kepercayaan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Unsyiah. Kita lihat hasilnya dalam 2 atau 3 tahun ke depan. Meskipun fokus kita pada 3 kabupaten tersebut, namun perhatian Unsyiah untuk menurunkan angka stunting tetap pada seluruh kabupaten dan kota di Aceh,” ujar Rektor.

Rektor mengungkapkan, bahwa stunting dan kekurangan gizi menjadi masalah serus di Indonesia. Hal tersebut membuat anak-anak sulit bersaing ke depannya. Untuk itulah, Pemerintah Daerah harus menjadi ujung tombak untuk mengatasi masalah tersebut.

Caranya yaitu dengan melakukan koordinasi yang baik di jajaran pemerintahannya. Sebab saat ini semua desa telah memiliki dana desa mencapai Rp1 milyar, namun peraturan Mendagri punya aturan tersendiri terkait pengelolaan dana tersebut.

“Maka perlu adanya rembuk desa, karena berdasarkan peraturan Mendagri dana desa tidak mencakup penanganan stunting dan gizi buruk, padahal itu bisa dan boleh dilakukan,” ucap Rektor.

Kepala Dinas Kesehatan Aceh Dr. Hanif mengatakan, Aceh merupakan daerah dengan prevalensi hipertensi yang cukup tinggi. Orang dewasa di Aceh yang menderita hipertensi mencapai 31 persen. Banyak penderita penyakit ini yang kemudian menderita stroke, jantung, dan ginjal, sebab ketiga penyakit ini berkaitan satu dengan lainnya. Tak heran jika pasien cuci darah di RSUD Zainoel Abidin meningkat hingga 14 persen setiap tahun.

Selain itu, masalah gizi buruk juga menjadi persoalan di daerah ini, karena pola makan dan perawatan anak kurang sejalan dengan standar hidup sehat. Tidak heran jika angka stunting di Aceh masih cukup tinggi.

Jika terus dibiarkan, Program Unggulan Aceh Seujahtera akan sulit diwujudkan. Stunting tidak hanya menyebabkan tubuh anak tidak dapat tumbuh secara optimal, tapi juga menyebabkan kerja otak anak akan lemah.

“Upaya perbaikan gizi dan meningkatkan kesadaran akan hidup sehat bagi masyarakat perlu kita tingkatkan. Oleh sebab itu, guna meningkatkan upaya promotif dan preventif itu, maka sebuah langkah bijak apabila FK Unsyiah memperbanyak kajian, penelitian, dan diskusi terkait pembangunan kesehatan ini,” ucapnya.

Sementera itu Sekjen Kemenkes Drg. Oscar Primadi, MPH mengatakan, saat ini telah terjadi perubahan pola penyakit, yang disebabkan oleh demografi, teknologi, ekonomi budaya dan prilaku manusia sehingga berdampak pada produktivitas manusia.

Tahun 1990  pola penyakit menular seperti infeksi saluran pernafasan atas, TBC, diare, dan lainnya masih mendominasi sebagian besar penyakit di Indonesia. Lalu sejak 2010, terjadi perubahan pola dari penyakit menular ke tidak menular

Seperti tekanan darah tinggi, stroke, kanker, kencing manis dan lain sebagainya. Dan penyebab kematian pertama dari tahun 1990 – 2010 adalah penyakit stroke,” ucapnya.

Ketua Panitia SKIC 2019 Prof. Mohd Andalas, Ph.D menjelaskan, SKIC adalah agenda tahunan FK Unsyiah yang bertaraf internasional. Kali ini, SKIC dilaksanakan bersamaan dengan The 2nd National Public Health Forum, and The 1st Family Medicine Forum. Kenferensi ini diikuti sebanyak 350 peserta dengan berbagai latar belakang.

“Konferensi ini memberikan kesempatan untuk bertukar pengetahuan dengan mengundang para ahli klinis dan kesehatan masyarakat, partisipasi pendidikan serta pengambil keputusan,” ucap Prof. Andalas.

Hadir sebagai Keynote Speakers Prof. Lynda Redwood Campbell dari Mc Master University Canada, Prof. Chen Hsin-Jen from Yang Ming dari University Taiwan, dan Prof. Zaleha Abdullah Mahdy from  National University of Malaysia.

Pada kegiatan ini Unsyiah bersama 20 Perguruan Tinggi lainnya mendapatkan penghargaan dari Kementerian Kesehatan, atas komitmen dan kerja samanya selama ini dalam upaya pembangunan kesehatan di Indonesia.[]

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Unsyiah Gelar Konferensi Internasional SKIC

Terkini

Topik Populer

Iklan