WASATHA.COM, BANDA ACEH - Dari 6.440 mahasiswa baru Universitas Syiah Kuala yang mengikuti Pembinaan Akademik dan Karakter Mahasiswa Baru (Pakarmaru) di halaman Masjid Jami Kopelma Darussalam, sosok Tuanku M. Athaya cukup menarik perhatian. Pasalnya, Raja begitu ia disapa, adalah salah satu mahasiswa baru Unsyiah dengan kondisi disabilitas.
Suara tepuk tangan pun bergemuruh saat Rektor menghampiri Raja, lalu mendorong kursi rodanya agar bisa berfoto bersama ribuan mahasiswa baru Unsyiah lainnya.
Meskipun kondisi fisiknya terbatas, tidak membuat putra dari Tuanku Eddy Rinaldi, S.T. ini berkecil hati. Raja tetap bersemangat mengikuti kegiatan pengenalan kampus tersebut. Sesekali ia turut bertepuk tangan bersama ribuan mahasiswa lainnya.
Hari itu, Raja tidak datang sendiri. Tapi ditemani oleh sang Ibu Leni Marlina, S.E. M.M. Kepada Humas Unsyiah, Leni bercerita bahwa Raja mengalami kelumpuhan sejak kecil. Hal ini disebabkan penyakit langka yang menyerang tubuhnya, yaitu Spinal Muscular Atrophy (SMA).
SMA adalah penyakit yang disebabkan oleh mutasi atau kerusakan pada gen. Salah satu gejalanya adalah, kelemahan pada otot-otot penyangga tubuh. Seperti lengan, punggung ataupun tungkai dengan kekuatannya bervariasi. Leni pun harus berbesar hati, karena penyakit yang sama juga menyerang adiknya Raja.
“Kita sudah berusaha berobat kemana-mana, tapi memang katanya sulit disembuhkan,” ucap Leni.
Meskipun demikian, pihak keluarga tidak pernah menyekolahkan Raja di sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus, seperti Sekolah Luar Biasa. Sebab penyakit tersebut hanya menyerang fisiknya saja, sementara fungsi tubuhnya yang lain berjalan normal.
Di rumah, Raja juga dikenal sebagai anak yang cerdas. Ia mampu mengoperasikan komputer dengan baik. Sejak SMA Raja sudah belajar menggambar dengan aplikasi yang ada di komputer.
“Saya perhatikan bakatnya memang di IT, sejak SMA dia sudah bisa menggambar pesawat di laptopnya,” ungkap Leni.
Di Unsyiah, Raja lulus melalui jalur afirmasi. Ia lulus di jurusan Manajemen Informatika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Raja sengaja memilih jurusan tersebut karena anak pertama dari empat bersaudara ini bercita-cita ingin menjadi programmer. Sebuah impian yang coba Raja wujudkan, meskipun hanya bisa duduk di kursi roda.
Saat ditanya mengapa, Raja menjawab singkat. Ia hanya ingin menjadi manusia yang bermanfaat. Raja ingin membuka lapangan kerja bagi orang lain khususnya di bidang teknologi informasi.
“Saya ingin berwirausaha di bidang IT, biar bisa membuka lapangan kerja bagi banyak orang,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, Raja tidak mau hanya bermimpi. Di rumah ia terus berlatih mengoperasikan berbagai aplikasi komputer. Selama ini semuanya dipelajarinya secara otodidak. Maka setelah kuliah di Unsyiah, Raja ingin lebih serius menekuni bakatnya tersebut.
Di sisi lain, Raja juga sangat bersyukur karena mendapatkan dukungan dari keluarga, teman serta lingkungan. Menurutnya, dukungan seperti itu adalah sesuatu yang sangat berarti di tengah keterbatasan yang dialaminya.
“Saya berpikir, apa yang saya alami ini adalah pemberian Allah. Jadi bagaimanapun harus saya syukuri. Saya yakin, di balik semua ini pasti ada hikmahnya,” ucapnya.
Sementara itu Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng mengatakan, Unsyiah adalah rumah bagi siapa saja yang ingin melanjutkan pendidikan. Tidak ada pembeda bagi mereka yang memiliki kondisi khusus. Bahkan, untuk ke depannya bangunan di Unsyiah akan dibangun dengan konsep ramah bagi penyandang disabilitas.
“Salah satunya gedung FMIPA tempat Raja kuliah, bangunannya didesain ramah bagi penyandang disabilitas sehingga memudahkan mereka menuju ruang kuliah,” ujar Rektor.
Ia berharap kehadiran Raja di Unsyiah dapat menjadi penyemangat bagi kaum disabilitas lainnya untuk melanjutkan pendidikan dan mengejar mimpi. [Humas Unsyiah]