Selama dua tahun terakhir diperkiran ada sekitar 18,9 persen kejahatan rasial yang terjadi di inggris dalam 53 persen tweet anti-Muslim yang dianalisis di kalangan penggemar Liverpool
Foto: premierleague.com
Lab Keimigrasian Universitas Stanford, di Amerika melakukan
penelitian tentang Can Exposure to Celebrities Reduce Prejudice? (Bisakah
paparan aktivitas selebritis) dan The Effect of Mohamed Salah on
Islamophobic Behaviors and Attitudes (Pengaruh Mohamed Salah pada Perilaku
dan Sikap Islamofobia).
Penelitian ini bertujuan
untuk mendukung hipotesis yang mengatakan bahwa kedatangan Mohammed Salah di
Liverpool FC menyebabkan penurunan tindakan fanatisme ekstrim di Inggris.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwasanya ada pengurangan Islamofobia di
Merseyside Inggris sejak kedatangan orang-orang dari Mesir, salah satunya
adalah pemain sepak bola professional Mohammed salah yang kerap disapa Mo Salah.
Penelitian juga mengungkapkan tingkat kejahatan rasial atau
rasisme di Merseyside telah turun sejak Salah bergabung dengan Liverpool pada
musim panas 2017.
Selama dua tahun terakhir diperkiran ada sekitar 18,9 persen kejahatan rasial yang terjadi di inggris dalam
53 persen tweet anti-Muslim yang dianalisis di kalangan penggemar Liverpool seperti
yang dikutip dari premierleague.com (6/06/2019).
Penelitian dilakukan dengan menganalisis sekitar 15 juta
tweet dari penggemar sepakbola di Inggris dan 8.600 penggemar Liverpool,
kemudian para penggemar tersebut disurvei sebelum dan setelah Salah bergabung ke Liverpool.
Eksperimen survei menunjukkan hasil hubungan antara Islam dengan orang-orang
yang tinggal di Liverpool menjadi semakin akrab ketika Mo Salah memenangkan
Sepatu Emas dua musim berturut-turut bersama Liverpool dan berhasil membatu Liverpool
FC memenangkan piala bergengsi Liga Champions UEFA pada Minggu (02/06/2019) dengan
gol pembuka yang di cetak Salah dalam kemenangan 2-0 atas Tottenham Hotspur. [Khairul Azmi]