WASATHA.COM, Aceh Besar - Kecamatan Indrapuri dan Kuta Malaka Aceh Besar
menjadi kawasan percontohan penanaman padi IP 300. Penanaman ini menjadi
sebuah terobosan luar biasa, di mana hasil padinya akan melonjak dikarenakan
penanaman akan dilakukan hingga tiga kali pertahunnya.
Khusus penanaman padi IP
300 seluas 500 hektar diawali oleh Istri Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Dyah
Erti Idawati pada Jumat (3/5/2019).
Secara seremonial ia
menanam pada kegiatan upaya khusus Pajale mendukung IP 300 padi sawah sistem
jarwo di Gampong Aneuk Glee Kecamatan Indrapuri Aceh Besar.
Bibit yang ditanam dalam
program Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh itu merupakan varietas Inpari 32
dan Inpari 42 dengan sistem tanam Legowo 2-1.
Sistem penanaman pun
diterapkan dengan modern. Dimana, padi ditanam dengan mesin sehingga lebih
menghemat tenaga serta biaya.
Pola mekanisasi pertanian,
kata Dyah merupakan upaya untuk meningkatkan hasil pertanian di Aceh.
"Ini sesuatu yang
keren apalagi dengan mekanisasi," katanya.
Pemerintah Aceh, kata Dyah
tak sebatas meminta petani untuk meningkatkan hasil pertanian. Pemerintah juga
akan menindaklanjuti dengan mengarahkan pembangunan pabrik padi, sehingga gabah
tidak lagi diproduksi di luar Aceh.
Menurutnya, dengan demikian
hasil jual petani akan lebih mahal saat panen tiba.
"Inginnya kita padinya
tetap diolah di Aceh dan sudah saatnya kita swasembada pangan," sebutnya.
Untuk menggenjot hasil
panen, petani juga diarahkan untuk menahan tanaman refugia di dekat lokasi
pesawahan.
Tanaman refugia merupakan
jenis tanaman bunga yang menjadi musuh alami hama yang tanam di sekitar
lahan pertanian untuk menarik serangga parasitoid dan predator.
Bunga dari tanaman Refugia
berwarna terang dan menghasilkan nektar yang bermanfaat sebagai sumber
pakan musuh alami dalam menekan hama.
Dengan demikian katanya
lagi, pemakaian pestisida berlebihan pada tanaman dapat dikurangi.
Sementara itu, Sekretaris
Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Cut Zaima mengatakan program penanaman
padi percontohan IP 300 seluas 500 hektar pada dua kecamatan itu didukung oleh
Dinas Pengairan Aceh.
Hal tersebut dilakukan agar
suplai air tercukupi. Biasanya musim tanam di Aceh dilakukan dua kali setiap
tahunnya.
Namun tahun ini, pemerintah
mendorong petani menanam tiga kali. Biaya menanam, pupuk dan pengolahan tanah
ditanggung sepenuhnya pemerintah.
"Prosesnya full
mekanik. Menghemat biaya dan pastinya hasil juga meningkat," pungkas Cut
Zaima. []