Iklan

Iklan

Pluralitas Segelas Sanger

1/06/19, 09:36 WIB Last Updated 2019-01-11T12:50:28Z
Sehat Ihsan Sadiqin

PAGI ini saya pesan kopi susu. Namanya kopi susu, namun sebenarnya kopi dengan krim gula kental putih yang selama ini disebut susu.

Sudah puluhan tahun orang Indonesia tertipu dengan krim gula kental yang dianggap susu ini. Ibu-ibu, anak-anak, bapak-bapak, dan bahkan profesor pun masih banyak yang menganggap krim manis ini sebagai susu. Dan hingga sekarang belum bertobat. Krim gula yang kental itu masih tetap dianggap susu. Saya juga.

Belum dua menit berlangsung, Bang Lah pemilik warung kembali ke meja saya: "Susu tinggal sedikit, saya tambah gula ya," katanya. Saya setuju, dia kembali ke dapurnya.

Teman saya, Fahmi, sangat paham dengan kopi susu model ini. Katanya dulu banyak mahasiswa yang ingin minum kopi susu. Namun karena harganya mahal, mereka minta susunya sedikit saja, agar manisnya tetap terasa, ditambah gula. Penjual kopi setuju, harga disepakati.

Mereka sama-sama paham, sama-sama ngerti. Nama minuman baru ini pun ditetapkan: Sanger, akronim dari sama-sama ngerti.

Jadi ada empat unsur dalam segelas sanger: air, kopi, gula, dan susu. Semua dibuat dalam takaran yang wajar. Kopi, gula, dan susu berbaur oleh sebuah pembaur: air. Muncul warna baru.

Tidak hitam seperti kopi, tidak putih seperti susu, tidak juga bening seperti air mineral biasa. Rasanya juga khas. Bukan pahit seperti kopi, tidak manis seperti susu, tidak pula campuran kopi+krim kental yang kita kenal dengan kopi susu.

Keberagaman unsur dalam gelas ini telah menjadikan ia punya sebuah rasa yang unik, yang khas. Setiap unsur yang ada di sana berbaur dengan unsur lain tanpa ada yang mendominasi.

Terlalu banyak kopi, rasanya menjadi agak pahit. Terlalu banyak susu, sanger akan terlalu manis, bahaya bagi tubuh. Apalagi terlalu banyak gula, sama sekali tidak sedap. Hanya pembauran yang seimbang saja yang menghasilkan sebuah rasa khas yang unik dan disukai. Itulah rasa sanger.

Belakangan ini di beberapa warung kopi banyak barista baru muncul. Sebagian mereka belajar menjadi barista dan disiapkan sejak semula.

Banyak yang lain merasa pinter hanya dengan melihat tutorial di Youtube, atau melihat orang lain melakukanya. Ia bukan barista, tapi pekerja pembuat kopi.

Mereka tidak bisa membedakan antara kopi susu dan sanger! Sebuah penghinaan bagi sejarah persangeran. Tapi mereka berdiri di belakang dapur kopi. Saya tidak bisa protes sebab itu otoritasnya.

***
Saya menikmati suguhan sanger panas Bang Lah pagi ini. Saya menikmati keberagaman di dalamnya. Saya percaya bahwa keberagaman unsur yang ada dalam gelas inilah yang membuat sanger sangat nikmat.

Itu sebabnya saya percaya keberagaman juga yang membuat kehidupan kita jadi indah dan dapat dinikmati. Usaha menyeragamkan pikiran, ide, cara kerja, adalah pekerjaan yang membuat semua keindahan akan sirna.

Mungkin indah bagi sekelompok orang, tapi tidak untuk semua. Tapi dunia ini milik bersama. Mari kita berbagi dengan keberagaman, lalu menikmati keindahan hidup. (Sehat Ihsan Sadiqin/Lambhuk, 6/1/2019)

BACA JUGA
Kopi Semangat Tahun Baru
Mesin Pembuat Rasa, Kenikmatan Anugerahnya
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Pluralitas Segelas Sanger

Terkini

Topik Populer

Iklan